Irfad Faiq Abdillah. Diberdayakan oleh Blogger.

Sabtu, 14 April 2012

PERKEMBANGAN ISLAM MASA PERTENGAHAN (1250M-1800M)

Sejarah Islam dibagi menjadi tiga periode, yaitu:
  1. Periode Klasik (650-1250 M), merupakan zaman kemajuan. Periode ini dibagi dua fase:
    • Fase ekspansi, integrasi, dan puncak kemajuan (650-1000 M).
    • Fase disintegrasi (1000-1250 M).
  2. Periode Pertengahan (1250-1800 M), terdiri dari dua fase:
    • Fase kemunduran (1250-1500 M).
    • Fase tiga kerajaan besar (1500-1800 M).
  3. Periode Modern (1800-sekarang), merupakan periode kebangkitan umat Islam.
Pada tahun 132 H/750 M, keturunan bani Umayyah ditumpas habis dan menandai berakhirnya dinasti tersebut. Hanya Abdurrahman, satu-satunya keturunan bani Umayah yang berhasil melarikan diri ke Andalusia dan mendirikan dinasti Umayyah II di daratan Eropa tersebut. Sejalan dengan pesatnya perkembangan Islam di Asia dan Afrika, Islam juga menyebar ke Eropa. Yaitu melalui tiga jalan sebagai berikut :
  1. Jalan barat, yakni dilakukan dari Afrika Utara melalui Semenanjung Iberia di bawah pimpinan thariq bin ziyad (711 M). Bahkan, tentara Islam dapat melewati Pegunungan Pirenia yang akhirnya ditahan oleh tentara perancis di bawah pimpinan karel martel di kota poitiers (732 M). Akhirnya, pemerintahan Khilafah Umayyah memipmpin di semenanjung Iberia yang dikenal dengan bani Umayah II (711 M-1492 M) dengan ibukotanya Cordoba.
  1. Jalan tengah, yakni dilakukan dari Tunisia melalui Sisilia menuju sepenanjung Apenina. Islam dapat menduduki Sisilia dan Italia selatan, tetapi dapat direbut kembali oelh bangsa Nordia pada abad ke-11.
  1. Jalan timur, dimana pada tahun 1453, turki dibawah pimpinan Sultan Muhammad II berhasil menaklukkan Byzantium dengan terlebih dahulu menyerang Konstantinopel dari arah belakang yakni laut hitam sehingga mengejutkan tentara byzantium timur. Dari Byzantium, tentara turki usmani terus melakukan perlawanan sampai ke kota Wina di Austria. Setelah itu, tentara Turki Usmani mundur kembali ke Semenanjung Balkan dan menguasai daerah ini selama kurang lebih empat abad. Baru pada abad ke-19, daerah ini berhasil melepaskan diri dari kekuasaan Islam. Akan tetapi, kota konstantinopel masih tetap dikuasai dinasty Umayyah dan berubah menjadi Istanbul.
A. Kekuasaan pada abad pertengahan

  1. Kesultanan Usmani
Didirikan oleh Usman, putra Artogol dari kabilah Oghuz di Mongol. Awalnya datang ke Turki untuk meminta suaka politik kepada penguasa Seljuk dari serangan tentara Mongol. Usman dipercaya menjadi panglima perang Dinasti Seljuk menggantikan ayahnya. Setelah Sultan Alauddin wafat, Usman mengambil alih kekuasaan, sejak itu berdirilah Dinasti Usmani.
Dinasti Usmani berbentuk kesultanan yang beribukota di Istanbul, Turki. Berasal dari suku bangsa pengembara yang bermukim di wilayah Asia Tengah, salah satunya suku Kayi. Usman bergelar “Pedisyah Al-Usman”, dibawah kepemimpinannya wilayah kesultanan semakin luas dengan menaklukan beberapa wilayah, seperti Azmir (1327 M), Tharasyanli (1356 M), Iskandar (1338 M), Ankara (1354 M), dan Galipoli (1356 M). Pada masa pemerintahan Muhammad Al- Fatih Kesultanan Usmani mengalami puncak kejayaan, dan dapat menaklukan wilayah Byzantum serta Konstantinopel (1453 M).

a) Pemerintahan dan Militer
Tingkatan paling tinggi dipegang oleh Sultan, tingkat kedua perdana menteri atau Sadrazan, tingkat ketiga gubernur atau Pasya, tingkat keempat bupati atau As-sawaziq atau Al-alawiyah. Sistem pemerintahan dan kekuasaan militernya berjalan baik. Muncul kelompok elite militer yang disebut janissary atau inkrisyriyah pada masa Orkhan bin Usman, kelompok ini merupakan kelompok penghancur negeri non-muslim.

b) Pengetahuan dan Budaya
Terjadi akulturasi dari beberapa negara seiring dengan meluasnya wilayah, yaitu kebudayaan Persia, Byzantium, dan Arab. Rakyat Usmani mengambil ajaran tentang etika dan tat krama dari kebudayaan Persia, organisasi dan kemiliteran dari Byzantum, dan ilmu arsitektur dari Arab. Dari ilmu arsitektur tersebut, berdirilah berbagai masjid yang bagus serta kaligrafi indah.

c) Agama
Muncul dua aliran tarekat, yaitu Bektsyi yang banyak pengaruhnya dibidang militer, dan Maulawiyah yang banyak pengaruhnya di lingkungan pejabat pemerintahan.
B. Kerajaan Safawi
Didirikan oleh Syah Ismail pada 907 H/1500 M di Tabriz, Persia (Iran). Awalnya sebuah gerakan tarekat yang bernama Safawiyah yang menjadi gerakan politik, dipimpin oleh Syekh Safifuddin Ishaq. Gerakan ini memasuki wilayah politik dan pemerintahan karena merupakan tarekat militer yang para pengikutnya berkeinginan memainkan peran politik untuk memperkokoh kekuasaannya. Kegiatan politik dipertajam pada pemerintahan Ismail, sehingga Ismail dianggap sebagai pendiri Kerajaan Safawi. Dibentuk semacam kesatuan tentara agama atau Qizilbasy (si kepala merah) pada pemerintahan Haidar.

Ismal menerapkan Syiah Isra Asyariah sebagai agama negara. Sebelumnya Persia berada di bawah kekuaaan Suni, maka ia mendatangkan ulama Syiah dari Iraq, Bahrein, dan Libanon untuk tujuannya. Program ini mengalami pertentangan yang berat, karena tidak mudah mengubah ideologi rakyat dari Suni ke Syiah. Banyak pula sastrawan dan ulama Suni yang dibunuh demi penerapan Syiah ini. Syah Ismail terus melanjutkan penaklukan sampai ke seluruh Iran, Heart maupun Diyarbakr (Turki), dan Baghdad dengan dukungan pasukan Qizilbasy.

Pada masa pemerintahan Syah Abbas (1588-1629) Kerajaan Safawi mengalami puncak keemasaan. Tidak hanya meredam konflik internal dan merebut wilayah yang melepaskan diri, tetapi Syah Abbas juga mampu melebarkan wilayahnya ke Tabriz, Sirwan, dan kep.Harmuz, bahkan pelabuhan Bandar Abbas. Syah Abbas ingin melepaskan diri dari ketergantungan dukungan kekuatan militer Qizilbasy, maka ia membentuk kekuatan militer yang terdiri dari budak Kaukakus dan Georgia. Strategi ini berhasil mengusir kekuatan Uzbek di Khirazan pada tahun 1598.


a) Pemerintahan dan Politik
Terbagi secara horozontal, yaitu didasarkan pada garis kesukuan atau kedaerahan, dan pembagian secara vertikal, yaitu mencakup dua jenis, istana (dargah) dan sekretariat negara (divan atau mamalik). Penyelenggaraan negara dipercayakan kepada para amir (kepala suku) tingkat atas dan wazir (menteri) yang tergabung dalam suatu dewan (jangi). Terdapat lembaga yang tercakup dalam dewan tersebut (majelis nivis) yang terdiri dari sejarawan istana, sekretaris pribadi Syah, dan kepala intelejen.

b) Ekonomi
Ekonomi dikendalikan langsung oleh pusat. Banyak memperkuat di bidang pertanian dengan memperbanyak pengalihan tanah negara menjadi tanah raja. Pertumbuhan ekonominya semakin baik karena stabilitas keamanan yang dinamis dan situasi dalam negeri yang terkendali. Pelabuhan Bandar Abbas menjadi jalur perdagangan antara Timur dan Barat sehingga sektor perdagangan semakin maju. Di bidang pertanian mengalami kemajuan terutama di daerah Bulan Sabit yang subur.

c) Ilmu Pengetahuan
Didirikan lembaga pendidikan Syiah oleh Syah Abbas, yaitu sekolah teologi untuk lebih memantapkan akan aliran Syiah. Beberapa nama ilmuwan, sastrawan, dan sejarawan Safawi antara lain, Muhammad bin Husain Al-Amili Al-Juba’i, Muhammad Baqir Astarabadi, Sarudin Muhammad bin Ibrahim Syirazi, dan Muhammad Baqir Majlisi.

d) Bangunan dan Seni
Kantor, masjid, rumah sakit, dan jembatan raksasa dibangun dengan gaya arsitektur yang indah. Di bidang seni, terlihat dalam kegiatan dan hasil dari kerajinan tangan, keramik, karpet, dan seni lukis.
C. Kerajaan Mogul
Didirikan oleh Zahiruddin Babur (1482-1530 M) di India. Babur diwarisi daerah Ferghana dari ayahnya ketika berusia 11 tahun. Berdirinya Kerajaan Mogul di India menimbulkan serangan dari Kerajaan Hindu, serangan ini dapat dikalahkan oleh Babur. Babur memerintah selama 30 tahun, setelah wafat digantikan putranya, Humayun yang hanya memerintah selama 9 tahun karena kondisi dalam negeri tidak aman dengan munculnya pemberontakan. Humayun meninggal dan digantikan oleh anaknya yang berusia 14 tahun, Akbar. Urusan pemerintahan diserahkan kepada Bairam Khan. Ketika Akbar dewasa, ia memperluas wilayah dengan menaklukan daerah Chundar, Ghond, Orisa, dan Asingah. Pemerintahan dijalankan secara militeristik, pemimpin daerah dipimpin ileh seorang komandan (sipah saleh). Terjadi kemajuan di berbagai bidang, misalnya ekonomi dan pertanian, yang dipacu oleh stabilitas politik yang aman dan pemerintahan yang stabil. Karya Malik Muhammad Jayadi yang berjudul “Padmayat” menjadi karya sastra yang paling menonjol. Demikian juga pembangunan masjid indah dan megah yang berlapis mutiara yang disebut “Taj Mahal”.



B. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan
Sesungguhnya Eropa banyak berhutang budi pada Islam karena banyak sekali peradaban Islam yang mempengaruhi Eropa, seperti dari spanyol, perang salib dan sisilia. Spanyol sendiri merupakan tempat yang paling utam bagi Eropa dalam menyerap ilmu pengetahuan dan kebudayaan Islam, baik dalam bentuk politik, sosial, ekonomi, kebudayaan dan pendidikan. Beberpa perkembangan Islam antara lain sebagai berikut :
  1. Bidang politik
Terjadi balance of power karena di bagian barat terjadi permusuhan antara bani Umayyah II di Andalusia dengan kekaisaran karoling di Perancis, sedangkan di bagian timur terjadi perseteruan antara bani Abbasyah dengan kekaisaran Byzantium timur di semenanjung Balkan. Bani Abbasyah juga bermusuhan dengan Bani Umayyah II dalam perebutan kekuasaan pada tahun 750 M. Kekaisaran Karoling bermusuhan dengan kekaisaran Byzanium timur dalam memperebutkan Italia. Oleh karena itu terjadilah persekutuan antara Bani Abbasyah dengan kekaisaran Karoling, sddangkan bani Umayyah II bersekutu dengan Byzantium Timur. Persekutuan baru berakhir setelah terjadi perang salib (1096-1291)

    2. Bidang Sosial Ekonomi
Islam telah menguasai Andalusia pada tahun 711 M dan Konstantinopel pada tahun 1453M. Keadaan ini mempunyai pengaruh besar terhadap pertumbuhan Eropa. Islam berarti telah menguasai daerah timur tengah yang ketika itu menjadi jalur dagan dari Asia ke Eropa. Saat itu perdagangan ditentukan oleh negara-negara Islam. Hal ini menyebabkan mereka menemukan Asia dan Amerika

    3. Bidang Kebudayaan
Melalui bangsa Arab (Islam), Eropa dapat memahami ilmu pengetahuan kuno seperti dari Yunani dan Babilonia. Tokoh tokoh yang mempengaruhi ilmu pengetahuan dan kebudayaan saat itu antara lain sebagai berikut :

a. Al Farabi (780-863M)
Al Farabi mendapat gelar guru kedua (Aristoteles digelari guru pertama). Al Farabi mengarang buku, mengumpulkan dan menerjemahkan buku-buku karya aristoteles.

b. Ibnu Rusyd (1120-119
Ibnu Rusyd memiliki peran yang sangat besar sekali pengaruhnya di Eropa sehingga menimbulkan gerakan Averoisme (di Eropa Ibnu Rusyd dipanggil Averoes) yang menuntut kebebasan berfikir. Berawal dari Averoisme inilah lahir roformasi pada abad ke-16 M dan rasionalisme pada abad ke-17 M di Eropa. Buku-buku karangan Ibnu Rusyd kini hanya ada salinannya dalam bahasa latin dan banyak dijumpai di perpustakaan-perpustakaan Eropa dan Amerika. Karya beliau dikenal dengan Bidayatul Mujtahid dan Tahafutut Tahaful.
c. Ibnu Sina (980-1060 M)
Di Eropa, Ibnu Sina dikenal dengan nama Avicena. Beliau adalah seorang dokter di kota Hamazan Persia, penulis buku-buku kedokteran dan peneliti berbagai penyakit. Beliau juga seorang filsuf yang terkenal dengan idenya mengenai paham serba wujud atau wahdatul wujud. Ibnu Sina juga merupakan ahli fisika dan ilmu jiwa. Karyanya yang terkenal dan penting dalam dunia kedokteran yaitu Al Qanun fi At Tibb yang menjadi suatu rujukan ilmu kedokteran.



4. Bidang Pendidikan
Banyak pemuda Eropa yang belajar di universitas-unniversitas Islam di Spanyol seprti Cordoba, Sevilla, Malaca, Granada dan Salamanca. Selama belajar di universitas- universitas tersebut, mereka aktif menterjemahkan buku-buku karya ilmuwan muslim. Pusat penerjemahan itu adalah Toledo. Setelah mereka pulang ke negerinya, mereka mendirikan seklah dan universitas yang sama. Universitas yang pertama kali berada di Eropa ialah Universitas Paris yang didirikan pada tahun 1213 M dan pada akhir zaman pertengahan di Eropa baru berdiri 18 universitas. Pada universitas tersebut diajarkan ilmu- ilmu yang mereka peroleh dari universitas Islam seperti ilmu kedokteran, ilmu pasti dan ilmu filsafat

Banyak gambaran berkembangnya Eropa pada saat berada dalam kekuasaan Islam, baik dalam bidang ilmu pengetahuan, tekhnologi, kebudayaan, ekonomi maupun politik. Hal-hal tersebut antara lain sebagai berikut :
    1. Seorang sarjana Eropa, petrus Alfonsi (1062 M) belajar ilmu kedokteran pada salah satu fakultas kedokteran di Spanyol dan ketika kembali ke negerinya Inggris ia diangkat menjadi dokter pribadi oleh Raja Henry I (1120 M). Selain menjadi dokter, ia bekerja sama dengan Walcher menyusun mata pelajaran ilmu falak berdasarkan pengetahuan sarjan dan ilmuwan muslim yang didapatnya dari spanyol. Demikin juga dengan Adelard of Bath (1079-1192 M) yang pernah belajar pula di Toledo dan setelah ia kembali ke Inggris, ia pun menjadi seorang sarjan yang termasyhur di negaranya.
    2. Cordoba mempunyai perpustakaan yang berisi 400.000 buku dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan.
    3. Seorang pendeta kristen Roma dari Inggris bernama Roger Bacon (1214-1292 M) mempelajari bahasa Arab di Paris (1240-1268 M). Melalui kemampuan bahasa Arab dan bahasa latin yang dimilikinya, ia dapat membaca nasakah asli dan menterjemahkannya ke dalam berbagai ilmu pengetahuan, terutama ilmu pasti. Buku-buku asli dan terjemahan tersebut dibawanya ke Universitas Oxford Inggris. Sayangnya, penerjemahan tersebut di akui sebagai karyanya tanpa menyebut pengarang aslinya. Diantara bukuyang diterjemahkan antara lain adalah Al Manzir karya Ali Al Hasan Ibnu Haitam (965-1038 M). Dalam buku itu terdapat teori tentang mikroskop dan mesiu yang banyak dikatakan sebagai hasil karya Roger Bacon.
    4. Seorang sarjana berkebangsaan Perancis bernama Gerbert d’Aurignac (940-1003 M) dan pengikutnya, Gerard de Cremona (1114-1187 M) yang lahir di Cremona, Lombardea, Italia Utara, pernah tinggal di Toledo, Spanyol. Dengan bantuan sarjana muslim disana , ia berhasil menerjemahkan lebih kurang 92 buah buku ilmiah Islam ke dalam bahasa latin. Di antara karya tersebut adalah Al Amar karya Abu Bakar Muhammad ibnu Zakaria Ar Razi (866-926 M) dan sebuah buku kedokteran karangan Qodim Az Zahrawi serta buku Abu Muhammad Al baitar berisi tentang tumbuhan. Sarjana-sarjana muslim tersebut mengajarkan penduduk non muslim tanpa membeda-bedakan agama yang mereka anut .
    5. Apabila kerajaan-kerajaan non muslim mengalahkan kerajaan-kerajaan Islam, maka yang terjadi adalah pembumihangusan kebudayaan Islam dan pembantaian kaum muslim. Akan tetapi, apabila kerajaan-kerajaan Islam yang menguasai kerajaan non muslim, maka penduduk negeri tersebut diperlakukan dengan baik. Agama dan kebudayaan merekapun tidak terganggu.
    6. Banyak sarjana-sarjana muslim yang berjasa karena telah meneliti dan mengembangkan ilmu pengetahuan, bahkan karya mereka diterjemahkan ke dalam bahasa Eropa meskipun ironisnya diakui sebagai karya mereka sendiri.


Akibat atau pengaruh dari perkembangan ilmu pengetahuan Islam ini menimbulkan kajian filsafat Yunani di Eropa secara besar-besaran dan akhirnya menimbulkan gerakan kebangkitan atau renaissans pada abad ke-14. berkembangnya pemikiran yunani ini melalui karya-karya terjemahan berbahasa arab yang kemudian diterjemahkan kembali ke dalam bahasa latin. Disamping itu, Islam juga membidani gerakan reformasi pada abad ke-16 M, rasionalisme pada abad ke-17 M, dan aufklarung atau pencerahan pada abad ke-18 M.

Nasib kaum muslim di Spanyol sepeninggal Abu Abdullah Muhammad dihadapakan pada beberapa pilihan antara lain masuk ke dalam kristen atau meninggalkan spanyol. Bangunan-bangunan bersejarah yang dibangun oleh Islam diruntuhkan dan ribuan muslim mati terbunuh secara tragis. Pada tahun 1609 M, Philip III mengeluarkan undang-undang yang berisi pengusiran muslim secara pakasa dari spanyol. Dengan demikian, lenyaplah Islam dari bumi Andalusia, khusunya Cordoba yang menjadi pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan di barat sehingga hanya menjadi kenangan.

C. Hikmah Sejarah Perkembangan Islam pada Abad Pertengahan
Ada beberapa manfaat yang dapat kita ambil dari sejarah perkembangan Islam pada abad pertengahan, diantaranya sebagai berikut :
  1. Meskipun Bani Umayyah telah dihancurkan oleh Bani Abbasyah, perluasan wilayah Islam masih terus dilanjutkan sehingga dengan demikian kebudayaan Islam tetap berkembang di Eropa. Hal tersebut menandakan bahwa semangat kaum muslim dalam meraih cita-cita sangat tinggi sehingga melahirkan persatuan dan kesatuan yang sangat dibutuhkan dalam mewujudkan hal tersebut. Hal ini terbukti dalam setiap perluasan wilayah, kaum muslim mampu menguasai Spanyol dalam waktu sekitar delapan abad (711-1492 M) dan menguasai Semenanjung Balkan sekitar 4 abad (1453-1918 M)
  2. Niat yang tulus ketika melakukan sesuatu karena Allah sangat dibutuhkan, ketika niat telah berubah menjadi orientasi terhadap kekuasaan atau harta, maka dengan cepat kehancuran akan menimpa. Hal tersebut telah banyak dibuktikan pada peristiwa-peristiwa runtuhnya daulah bani Umayyah, bani Abbasyah, dan bani Umayyah II di Andalusia serta kerajaan atau pemerintahan lain dimanapun berada.
  3. Penaklukan wilayah yang demikian luas dilakukan oleh kaum muslim saat itu berdasarkan pada permintaan penduduk suatu negara yang ditindas oleh pemimpin mereka sendiri. Hal tersebut dikarenakan penduduknya berada dibawah pemerintahan yang zalim atau karena kerajaan tersebut telah mengganggu wilayah-wilayah Islam. Oleh karena itu, kaum muslim telah bertindak sebagai pembebas masyarakat suatu negara dari tindakan pemerintah mereka yang sewenag-wenang dan bukan bertindak sebagai penjajah atas suatu negara. Penduduk yang dibebaskan tetap diberikan keleluasan untuk menjalankan agama atau kepercayaan mereka masing-masing meskipun upaya penyebaran agama Islam senantiasa dilakukan.


  1. Islam memiliki kontribusi yang sangat besar dalam upaya menyebarkan ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Eropa memiliki kemajuan saat ini salah satunya disebabkan jasa sarjana-sarjana muslim yang telah menjadi mata rantai perkembangan ilmu pengetahuan kepada masyarakat Eropa saat itu.
D. Penghayatan terhadap Sejarah Kebudayaan Islam pada Abad Pertengahan
Ada banyak perilaku yang pat diterapkan sebagai cerminan penghayatan terhadap sejarah perkembangan Islam di abad pertengahan yakni antara lain sebagai berikut :
  1. Sejarah merupakan pelajaran bagi manusia agar di kemudian hari perilaku atau perbuatan kaum muslim yang membuat kaum muslim dan umat manusia lainnya menderita tidqak terulang lagi. Lemahnya persatuan umat Islam dapat dijadikan celah pihak lain untuk memundurkan peran kaum muslim, baik dari kancah perekonomian maupun politik. Oleh karena itu, umat Islam hendaknya mampu mengubah tata kehidupannya yang seimbang antara kepentingan duniawi dan ukhrawinya serta senantiasa meningkatkan wawasan keislamannya melalui rujukan Al Qur’an dan Hadis.
  2. Umat Islam harus mengambil pelajaran dari negara barat. Mereka semula jauh tertinggal dibandingkan dengan kemajuan peradaban dan ilmu pengetahuan umat Islam, tetapi kemudian mereka dapat mengejar kemajuan peradaban dan ilmu pengetahuan umat Islam. Invasi Islam terhadap Eropa seperti andalusia dan Semenanjung Balkan selama berabad-abad telah memotifasi barat untuk mempelajari ilmu pengetahuan, tekhnologi dan kebudayaannya
  3. Keberadaan cendekiawan pada masa perkembangan Islam abad pertengahan seperti Ibnu Sina, Al Farabi, dan Ibnu Rusyd haurs menjadi inspirasi dan inovasi bagi uamt Islam untuk terus mempelajari berbagai disiplin ilmu demi melanjutkan cita-cita perjuangan tokoh-tokoh muslim pada abad pertengahan tersebut sehingga Islam mampu membawa rahmat bagi seluruh dunia.
F. Pengaruh Sejarah Islam Abad Pertengahan terhadap Umat Islam Indonesia
Jauh sebelum Islam masuk ke Indonesia, bangsa Indonesia telah memeluk agama hindu dan budha disamping kepercayaan nenek moyang mereka yang menganut animisme dan dinamisme. Setelah Islam masuk ke Indonesia, Islam berpengaruh besar baik dalam bidang politik, sosial, ekonomi,maupun di bidang kebudayaan yang antara lain seperti di bawah ini.
  1. Pengaruh Bahasa dan Nama
Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan sangat banyak dipengaruhi oleh bahasa Arab. Bahasa Arab sudah banayk menyatu dalam kosa kata bahasa Indonesia, contohnya kata wajib, fardu, lahir, bathin, musyawarah, surat, kabar, koran, jual, kursi dan masker. Dalam hal nama juga banyak dipakai nama-nama yang berciri Islam (Arab) seperti Muhammad, Abdullah, Anwar, Ahmad, Abdul, Muthalib, Muhaimin, Junaidi, Aminah, Khadijah, Maimunah, Rahmillah, Rohani dan Rahma.
    2. Pengaruh Budaya, Adat Istiadat dan Seni
Kebiasaan yang banyak berkembang dari budaya Islam dapat berupa ucapan salam, acara tahlilan, syukuran, yasinan dan lain-lain. Dalam hal kesenian, banyak dijumpai seni musik seperti kasidah, rebana, marawis, barzanji dan shalawat. Kita juga melihat pengaruh di bidang seni arsitektur rumah peribadatan atau masjid di Indonesia yang banayak dipengaruhi oleh arsitektur masjid yang ada di wilayah Timur Tengah.



    3. Pengaruh dalam Bidang Politik
Pengaruh ini dapat dilihat dalam sistem pemerintahan kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia seperti konsep khilafah atau kesultanan yang sering kita jumpai pada kerajaan- kerajaan seperti Aceh, Mataram. Demak, Banten dan Tidore.

    4. Pengaruh di bidang ekonomi
Daerah-daerah pesisir sering dikunjungi para pedagang Islam dari Arab, Parsi,dan Gujarat yang menerapkan konsep jual beli secara Islam. Juga adanya kewajiban membayar zakat atau amal jariyah yang lainnya, seperti sedekah, infak, waqaf, menyantuni yatim, piatu, fakir dan miskin. Hal itu membuat perekonomian umat Islam semakin berkembang

Daftar Pustaka :

http://belchunk.blogspot.com/

Selasa, 10 April 2012

Permasalahan Manajemen Dan Kelembagaan Serta Dampaknya Dalam Lembaga Pendidikan Islam


BAB I
PENDAHULUAN
Latar belakang
Pendidikan di Indonesia dikenal dengan dua sistem, yaitu pendidikan umum dan pendidikan Islam, dimana masing dibawah naungan Mendiknas dan Menag. Dua jenis lembaga pendidikan ini mendapat perlakuan yang tidak sama dari pemerintah. Pendidikan umum lebih mendapat perhatian daripada pendidikan yang berlabel Islam.
Lembaga pendidikan Islam yang notabene di bawah naungan departemen agama kebanyakan tidak didirikan oleh pemerintah sendiri. Melainkan didirikan pondok pesantren maupun perorangan yang kebanyakan berupa yayasan. Model pendidikan seperti ini kemudian dalam segala urusan biasanya dikuasai oleh pemegang yayasan bukan terpusat secara nasional oleh pemerintah. Sehingga setiap madrasah berbeda satu sama lain.
Sebagai sebuah lembaga pendidikan, madrasah atau universitas pendidikan Islam tentunya mempunyai berbagai kelebihan dan kekurangan, maupun permasalahan yang dihadapi olehnya. Permasalahan yang dihadapi lembaga pendidikan Islam biasanya sangat kompleks. Terlebih-lebih dalam hal manajemen dan kelembagaannya. Maka dari itu kami akan akan mengidentifikasi permasalahan manajemen dan kelembagaan yang muncul dalam lembaga pendidikan Islam dan berusaha memberikan solusi untuk kebaikan lembaga pendidikan Islam.
Rumusan Masalah
1. Apa saja permasalahan manajemen dan kelembagaan yang muncul dalam lembaga pendidikan Islam?
2. Bagaimana dampak munculnya permasalahan tersebut?
3. Bagaimana solusi untuk memperbaiki permasalahan yang muncul dalam lembaga pendidikan Islam tersebut?
Tujuan
1. Mengetahui permasalahan manajemen dan kelembagaan yang muncul dalam lembaga pendidikan Islam
2. Mengetahui dampak munculnya permasalahan tersebut
3. Mengetahui solusi untuk memperbaiki permasalahan yang muncul dalam lembaga pendidikan Islam.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Permasalahan Manajemen Dan Kelembagaan Serta Dampaknya Dalam Lembaga Pendidikan Islam
a. Manajemen kurikulum
Manajemen kurikulum merupakan subtansi manajemen yang utama di sekolah. Prinsip dasar manajemen kurikulum ini adalah berusaha agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik, dengan tolok ukur pencapaian tujuan oleh siswa dan mendorong guru untuk menyusun dan terus menerus menyempurnakan strategi pembelajarannya. Tahapan manajemen kurikulum di sekolah dilakukan melalui empat tahap :
1. perencanaan
2. pengorganisasian dan koordinasi
3. pelaksanaan
4. pengendalian.
Dalam konteks Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Tita Lestari (2006) mengemukakan tentang siklus manajemen kurikulum yang terdiri dari empat tahap :
1. Tahap perencanaan; meliputi langkah-langkah sebagai :
a) analisis kebutuhan
b) merumuskan dan menjawab pertanyaan filosofis
c) menentukan disain kurikulum dan
d) membuat rencana induk (master plan): pengembangan, pelaksanaan, dan penilaian.
2. Tahap pengembangan, meliputi langkah-langkah :
a) perumusan rasional atau dasar pemikiran
b) perumusan visi, misi, dan tujuan
c) penentuan struktur dan isi program
d) pemilihan dan pengorganisasian materi
e) pengorganisasian kegiatan pembelajaran
f) pemilihan sumber, alat, dan sarana belajar dan
g) penentuan cara mengukur hasil belajar.
3. Tahap implementasi atau pelaksanaan, meliputi langkah-langkah:
a) penyusunan rencana dan program pembelajaran (Silabus, RPP: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)
b) penjabaran materi (kedalaman dan keluasan)
c) penentuan strategi dan metode pembelajaran
d) penyediaan sumber, alat, dan sarana pembelajaran penentuan cara dan alat penilaian proses dan hasil belajar setting lingkungan pembelajaran
4. Tahap penilaian, terutama dilakukan untuk melihat sejauhmana kekuatan dan kelemahan dari kurikulum yang dikembangkan, baik bentuk penilaian formatif maupun sumatif. Penilailain kurikulum dapat mencakup Konteks, input, proses, produk (CIPP) : Penilaian konteks: memfokuskan pada pendekatan sistem dan tujuan, kondisi aktual, masalah-masalah dan peluang. Penilaian Input: memfokuskan pada kemampuan sistem, strategi pencapaian tujuan, implementasi design dan cost benefit dari rancangan. Penilaian proses memiliki fokus yaitu pada penyediaan informasi untuk pembuatan keputusan dalam melaksanakan program. Penilaian product berfokus pada mengukur pencapaian proses dan pada akhir program (identik dengan evaluasi sumatif).
Problem kurikulum: masih ada dikotomi kurikulum (pemisahan ilmu agama dan ilmu umum). Dampak: dalam pengajaran masih dipisah antara ilmu agama dan ilmu umum.
b. Manajemen Guru
Masalah:
1) guru kurang profesional dalam mengajar
2) guru mendapat tugas lain selain mengajar dan mendidik
3) guru kurang memenuhi kompetensi yang telah ditetapkan
4) kreatifitas guru kurang
Dampak:
1) asal-asalan dalam mengajar dan tidak disiplin
2) guru tidak fokus pada tugas dan kewajiban mengajar karena mendapat beban lain
3) tidak bisa menjalankan tugas secara maksimal tidak berkembang dan tidak mempunyai inovasi
4) monoton dalam pembelajaran
c. Bidang Kesiswaan
Dalam Depdikbud disebutkan dalam manajemen kesiswaan terdapat empat prinsip dasar, yaitu : (a) siswa harus diperlakukan sebagai subyek dan bukan obyek, sehingga harus didorong untuk berperan serta dalam setiap perencanaan dan pengambilan keputusan yang terkait dengan kegiatan mereka; (b) kondisi siswa sangat beragam, ditinjau dari kondisi fisik, kemampuan intelektual, sosial ekonomi, minat dan seterusnya. Oleh karena itu diperlukan wahana kegiatan yang beragam, sehingga setiap siswa memiliki wahana untuk berkembang secara optimal; (c) siswa hanya termotivasi belajar, jika mereka menyenangi apa yang diajarkan; dan (d) pengembangan potensi siswa tidak hanya menyangkut ranah kognitif, tetapi juga ranah afektif, dan psikomotor .
Ada tiga masalah utama yang perlu mendapat perhatian dalam bidang kesiswaan yaitu :
- Masalah penerimaan siswa baru
- Masalah kemajuan belajar dan evaluasi belajar
- Masalah bimbingan
Untuk masalah yang pertama setiap tahun dibentuk panitia penerimaan siswa baru. Panitia ini diserahi tugas untuk mengManajemenkan dan mengorganisasikan seluruh kegiatan penerimaan siswa baru. Pimpinan sekolah harus mampu memberi pedoman yang jelas kepada panitia agar penerimaan siswa baru ini berjalan dengan lancar.
Di samping itu sekolah mempunyai tanggung jawab yang besar terhadap usaha mengembangkan kemajuan belajar siswa-siswanya. Kemajuan belajar ini secara periodik harus dilaporkan terutama kepada orang tua siswa. Ini semua merupakan tanggungjawab pimpinan sekolah. Oleh karena itu pimpinan harus tahu benar-benar kemajuan belajar anak-anak di sekolahnya, ia harus mengenal anak-anak beserta latar belakang masalahnya.
Laporan hasil kemajuan belajar hendaknya tidak dianggap sebagai kegiatan rutin saja, tetapi mempunyai maksud agar orang tua siswa juga ikut berpartisipasi secara aktif dalam membina belajar anak-anaknya.
Masalah yang juga erat hubungannya dengan kemajuan belajar ini ialah masalah bimbingan. Tugas sekolah bukan hanya sekedar memberi pengetahuan dan ketrampilan saja, tetapi sekolah harus mendidik anak-anak menjadi manusia seutuhnya. Oleh karena itu tugas sekolah bukan saja memberikan pelbagai ilmu pengetahuan tetapi juga membimbing anak-anak menuju ke arah kedewasaan. Dalam rangka ini maka tugas pimpinan sekolah ialah menyelenggarakan kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah. Dengan kegiatan bimbingan ini maka anak-anak akan ditolong untuk mampu mengenal dirinya, kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahannya. Anak-anak akan ditolong agar mampu mengatasi masalah-masalahnya yang dapat mengganggu kegiatan belajarnya. Dengan demikian diharapkan anak-anak akan dapat bertumbuh secara sehat baik jasmani dan rohaninya serta dapat merealisasikan kemampuannya secara maksimal.
Manajemen yang berhubungan dengan kesiswaan antara lain :
- Statistik presensi siswa
- Buku laporan keadaan siswa
- Buku induk
- Klapper
- Buku daftar kelas
- Buku laporan pendidikan (raport) catatan pribadi
- Daftar presensi, dsb.
Manajemen kesiswaan. Perencanaan, meliputi pendataan anak usia pra sekolah, perencanaan daya tampung, perencanaan penerimaan dan penerimaan siswa baru. Pengorganisasian, berupa pengelompokan siswa berdaarkan pola tertentu. Penggerakan, meliputi pembinaan disiplin belajar siswa, pencatatan kehadiran siswa, pengaturan perpindahan siswa, dan pengaturan kelulusan siswa. Pengawasan, berupa pemantauan siswa dan penilaian siswa .
Permasalahan:
1) walaupun sudah KTSP dalam proses pembelajaran siswa masih kebanyakan masih sebagai objek pembelajaran terutama alam kelas
2) Masih banyak kita temukan fakta-fakta di lapangan sistem pengelolaan anak didik yang masih mengunakan cara-cara konvensional dan lebih menekankan pengembangan kecerdasan dalam arti yang sempit dan tentunya kurang mmberi perhatian kepada pengembangan bakat kreatif peserta didik.
3) Masih adanya diskriminasi antara anak pandai dan bodoh
4) Masih adanya pemikiran bahwa semua anak yang masuk ke sekolah mempunyai potensi sama
5) Buku laporan keadaan siswa belum tertata dengan rapi
6) Belum adanya buku laporan keadaan pribadi siswa
7) Kemajuan belajar dan evaluasi kurang diperhatikan dan variatif
8)Belum adanya bimbingan yang memadai bagi siswa
Dampak:
1) pembelajaran bersifat pasif
2) pembelajaran monoton
3) ada kecemburuan sosial dalam kelas
4) tidak ada bimbingan secara khusus bagi siswa yang mempunyai bakat tertentu
5) pihak sekolah kesulitan mengetahui perkembangan keadaan siswa
6) pihak sekolah tidak bisa mengetahui kondisi psikologis setiap siswa
7) kemajuan belajar bersifat stagnan dan monoton dalam evaluiasi
8)belum adanya bantuan bagi siswa yang mempunyai keluhan atau masalah
d. Bidang Personalia
Terdapat empat prinsip dasar manajemen personalia yaitu: (a) dalam mengembangkan sekolah, sumber daya manusia adalah komponen paling berharga; (b) sumber daya manusia akan berperan secara optimal jika dikelola dengan baik, sehingga mendukung tujuan institusional; (c) kultur dan suasana organisasi di sekolah, serta perilaku manajerial sekolah sangat berpengaruh terhadap pencapaian tujuan pengembangan sekolah; dan (d) manajemen personalia di sekolah pada prinsipnya mengupayakan agar setiap warga dapat bekerja sama dan saling mendukung untuk mencapai tujuan sekolah. Disamping faktor ketersediaan sumber daya manusia, hal yang amat penting dalam manajamen personalia adalah berkenaan penguasaan kompetensi dari para personil di sekolah. Oleh karena itu, upaya pengembangan kompetensi dari setiap personil sekolah menjadi mutlak diperlukan.
Permasalahan:
1) Masih ada kepala madrasah yang belum cakap dalam memimpin madrasah
2) Masih ada guru yang tidak menguasai materi dan metode pada bidangnya
3) Masih adanya benturan antara personil madrasah terkait hak dan kewajibannya
Dampak:
1) Sistem yang berjalan di madrasah tidak baik
2) Pembelajaran kurang maksimal
3) Terjadi maslah antar personal madrasah
e. Bidang Keuangan
Manajemen keuangan di sekolah terutama berkenaan dengan kiat sekolah dalam menggali dana, kiat sekolah dalam mengelola dana, pengelolaan keuangan dikaitkan dengan program tahunan sekolah, cara mengadministrasikan dana sekolah, dan cara melakukan pengawasan, pengendalian serta pemeriksaan. Inti dari manajemen keuangan adalah pencapaian efisiensi dan efektivitas. Oleh karena itu, disamping mengupayakan ketersediaan dana yang memadai untuk kebutuhan pembangunan maupun kegiatan rutin operasional di sekolah, juga perlu diperhatikan faktor akuntabilitas dan transparansi setiap penggunaan keuangan baik yang bersumber pemerintah, masyarakat dan sumber-sumber lainnya.
Masalah:
1) kesulitan mendapatkan suntikan dana dari pemerintah
2) pengelolaan tidak teradministrasi dengan baik
3) bagi pesantren salaf belum ada pembukuan yang baik
4) sumber pendanaan lebih tergantung pada donatur ataupun harta pemilik yayasan
5) terjadi ketidakjelasan keuangan bagi lembaga yang mempunyai banyak struktur (ketua yayasan, direktur, kepala sekolah), satu yayasan mempunyai banyak lembaga.
dampak:
1) lembaga tidak bisa cepat berkembang
2) tidak ada kejelasan dalam pertanggung jawaban keuangan
3) tidak bisa meneliti darimana dan bagaimana penggunaan dana
4) jika donatur tidak ada dan harta pemilik yayasan kurang maka lembaga pendidikan akan kesulitan dana
5) sirkulasi dan regulasi keuangan tidak jelas/campur aduk
f. Manajemen Kelas
Dinamika kelas pada dasarnya adalah kondisi kelas yang diliputi dorongan untuk aktif secara terarah yang dikembangkan melalui kreatifitas dan inisiatif murid sebagai suatu kelompok. Dinamika kelas dipengaruhi oleh cara guru kelas menerapkan administrasi pendidikan dan kepemimpinan pendidikan serta menggunakan pendekatan Manajemen/pengelolaan kelas. Penerapan kegiatan tersebut antara lain, sebagai berikut:
1. Kegiatan Administratif Manajemen
Kelas pada dasarnya merupakan unit kerja yang di dalamya bekerja sejumlah orang untuk mencapai suatu tujuan. Olehnya itu, pegelolaan kelas memerlukan tindakan-tindakan berupa perencanaan, pengorganisasian, koordinasi dan kontrol sebagai langkah-langkah kegiatan manajemen administratif.
a) Perencanaan kelas
Sebagai program umum kurikulum harus diterjemahkan menjadi program-program kongkrit dan menghubungkannya dengan waktu yang ada, berupa program tahunan, semester/cawu, bulanan, mingguan dan bahkan pada program harian. Selain perencanaan berdasarkan kurikulum, sebuah kelas perlu menyusun program penunjang berupa kegiatan ekstra kelas seperti kepramukaan, olah raga, kesenian, pelajaran tambahan dan lain-lain.
b) Pengorganisasian kelas
Aspek yang paling penting dalam pegorganisasian ini adalah usaha utuk menempatkan personal yang tepat pada tempatnya (proporsional) dengan memperhatikan ability-nya, tingkat pendidikannya, masa kerjanya dan sebagainya. Olehnya itu, harus diupayakan agar setiap personal kelas termasuk para siswa untuk mengetahui posisinya masing-masing dalam struktur organisasi kelas yang disusun berdasarkan pembagian tugas.
c) Koordinasi kelas.
Koordinasi kelas diwujudkan dengan menciptakan kerja sama yang didasari oleh saling pengertian akan tugas dan peranan masing-masing. Maka koordinasi yang efektif memungkinkan setiap personal menyampaikan saran dan pendapat, baik dalam bidang kerjanya maupun bidang kerja patnernya terutama yang berhubungan dengan bidang tugas yang menjadi tanggung jawab yang bersangkutan. Dengan koordinasi yang efektif tidak akan terjadi (meminimalisir) tabrakan atau kesimpangsiuran dalam penggunaan waktu dan fasilitas kelas.
d) Kontrol kelas
Selama dan setelah program kegiatan kelas dilaksanakan, maka perlu kegiatan kontrol dari guru/wali kelas, dimana kontrol tersebut harus mengacu kepada program yang disusun dengan maksud untuk menilai sampai dimana tujuan telah dicapai dan apa yang menjadi hambatannya (jika ada), atau dengan kata lain kegiatan kontrol kelas dilakukan untuk mengetahui kebaikan-kebaikan yang diraih dan kekurangan-kekurangannya.
2. Kepemimpinan Guru/Wali Kelas
Dinamika kelas dipengaruhi secara langsung oleh kepemimpinan guru/wali kelas, kedudukannya sebagai pemimpin formal yakni sebagai orang yang ditunjuk memimpin manajemen/pegelolaan kelas sekalipun tidak dengan surat keputusan.. Oleh karena itu dalam aktivitas sebagai pemimpin kelas, seorang guru/ wali kelas akan lebih berfungsi manakala mampu mewujudkan kepemimpinan informal.
3. Disiplin Kelas
Disiplin juga merupakan bagian terpenting dalam dinamika kelas. Disiplin kelas diartikan sebagai usaha mencegah terjadinya pelanggaran-pelanggaran terhadap ketentuan yang telah disepakati bersama dalam melaksanakan kegiatan kelas, agar pemberian hukuman dapat dihindari.
Dengan demikian dapat disampaikan bahwa disiplin yang berdaya guna untuk menumbuhkan dinamika kelas bukanlah disiplin yang kaku dan statis, bukanlah disiplin sekedar pemberian hukuman atau paksaan agar guru dan murid melaksanakan tata tertib kelas yang ditetapkan. Namun yang dimaksud disiplin adalah usaha untuk membina secara terus menerus kesadaran dalam bekerja atau belajar dengan baik, dalam artian setiap orang menjalankan fungsinya secara efektif dan efisien.
Seirama dengan penguraian di atas, disiplin kelas juga dapat dipahami sebagai suasana tertib dan teratur, namun penuh dengan dinamika dalam melaksanakan program kelas terutama dalam mewujudkan Proses Belajar Mengajar (PBM). Kondisi seperti itu hanya akan terwujud apabila masing-masing individu mengetahui posisi dan fungsinya di dalam kelas dalam rangka melaksanakan berbagai kegiatan .
Masalah:
1) perencanaan kelas yang kurang matang
2) penempatan duduk atau penempatan pengurus kelas yang tidak sesuai kapasitas peserta didik
3) kontrol yang kurang maksimal, baik kinerja guru dikelas maupun kebijakan yang dilaksanakan dalam kelas
4) tidak semua guru bisa menjadi pimpinan kelas yang baik
5) terjadi pelanggaran-pelanggaran peraturan dalam kelas
Dampak:
1) pelaksanaan kegiatan kelas tidak teratur
2) teyanrjadi hubungan yang tidak sehat dalam kelas
3) lembaga tidak mengetahui perkembangan yang terjadi dalam kelas
4) kelas yang gurunya tidak bisa memimpin dengan baik kelas akan gaduh dan tidak kondusif
5) suasana kelas tidak kondusif dan mengganggu jalannya proses pembelajaran
g. Bidang Sarana dan Prasarana
Manajemen perawatan preventif sarana dan prasana sekolah merupakan tindakan yang dilakukan secara periodik dan terencana untuk merawat fasilitas fisik, seperti gedung, mebeler, dan peralatan sekolah lainnya, dengan tujuan untuk meningkatkan kinerja, memperpanjang usia pakai, menurunkan biaya perbaikan dan menetapkan biaya efektif perawatan sarana dan pra sarana sekolah. Dalam manajemen ini perlu dibuat program perawatan preventif di sekolah dengan cara pembentukan tim pelaksana, membuat daftar sarana dan pra saran, menyiapkan jadwal kegiatan perawatan, menyiapkan lembar evaluasi untuk menilai hasil kerja perawatan pada masing-masing bagian dan memberikan penghargaan bagi mereka yang berhasil meningkatkan kinerja peralatan sekolah dalam rangka meningkatkan kesadaran merawat sarana dan prasarana sekolah.
Sedangkan untuk pelaksanaannya dilakukan : pengarahan kepada tim pelaksana, mengupayakan pemantauan bulanan ke lokasi tempat sarana dan prasarana, menyebarluaskan informasi tentang program perawatan preventif untuk seluruh warga sekolah, dan membuat program lomba perawatan terhadap sarana dan fasilitas sekolah untuk memotivasi warga sekolah.
Masalah :
1) Sebaran sarana pendidikan masih kurang merata.
2) Banyak sekolah yang belum lengkap sarana pendidikannya.
3) Sarana penunjang pendidikan banyak yang rusak dan jumlahnya tidak mencukupi.
4) Perawatan yang dilakukan terhadap sarana pendidikan tidak optimal.
5) Biaya perawatan dan pemeliharaan sarana sekolah sangat kecil sehingga tidak menunjang upaya peningkatan mutu dan relevansi.
6) Pelaksanaan manajemen penggunaan sarana pendidikan masih belum sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Dampak:
1) tidak semua madrasah memiliki sarana yang memadai
2) proses pembelajaran tidak berjalan maksimal
3) terganggunya pelaksanaan pemdidikan
4) sarana dan prasarana akan cepat rusak
5) lembaga tidak bisa merawat sarana yang ada dengan lebih baik
6) penggunaan sarana pendidikan tidak teratur
h. Bidang Hubungan Sekolah dengan Masyarakat (HUMAS)
Manajemen Hubungan Sekolah dengan Masyarakat merupakan seluruh proses kegiatan yang direncanakan dan diusahakan secara sengaja dan bersungguh-sungguh serta pembinaan secara kontinu untuk mendapatkan simpati dari masyarakat pada umumnya serta publiknya, pada khususnya, sehingga kegiatan operasional sekolah/ pendidikan semakin efektif dan efisien, demi membantu tercapainya tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.
Sekolah merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan dengan masyarakat. Hubungan serasi, terpadu serta timbal baliknya antara sekolah dan masyarakat harus diciptakan dan dilaksanakan agar meningkatkan mutu pendidikan dan pembangunan masyarakat dapat saling menunjang. Masyarakat dapat ikut bertanggung jawab secara tidak langsung terhadap pelaksanaan pendidikan, sehingga hasil pendidikan bermanfaat bagi masyarakat, diantaranya dalam mengisi kebutuhan tenaga kerja .
Pendidikan Islam di Indonesia merupakan salah satu variasi dari pendidikan Islam, tidak memiliki kesempatan yang luas untuk bersaing dalam membangun umat yang besar ini. Terasa janggal dan lucu, dalam komunitas masyarakat muslim terbesar, pendidikan Islam tidak mendapat kesempatan yang luas untuk bersaing dalam membangun umat yang besar ini. Selain itu, paradigma birokrasi tentang pendidikan Islam selama ini lebih didominasi pendekatan sektoral dan bukan pendekatan fungsional, sebab pendidikan Islam tidak dianggap bagian dari sektor pendidikan lantaran urusannya tidak di bawah Depdiknas .
Maka, perhatian pemerintah yang dicurahkan pada pendidikan Islam sangatlah kecil porsinya, padahal masyarakat Indonesia selalu diharapkan agar tetap berada dalam lingkaran masyarakat yang sosialistis religius. Dari sinilah timbul pertanyaan, bagaimanakah kemampuan pendidikan Islam di Indonesia untuk menata, mengatasi, dan menyelesaikan problem-problem yang dihadapi menuju pendidikan bermutu dan unggul.
Langkah awal yang diperhatikan untuk melakukan penataan pendidikan Islam, harus menganalisis dari aspek kekuatan, kelemahan, kesempatan, dan ancaman. Pertama, pendidikan Islam [pesantren, madrasah, sekolah yang bercirikan Islam, dan perguruan tinggi] lebih besar > 80 % dikelola oleh swasta. Dalam pengelolaannya lebih percaya dan hormat pada ulama, percaya bahwa guru mengajarkan sesuatu yang benar, panggilan agama, ibadah, ikhlas, murah, merakyat. Hal ini merupakan kekuatan [strengt] dalam pengelolaan pendidikan Islam. Kedua, kelemahan [weakness], bahwa pendidikan Islam posisinya lemah, tidak profesional hampir disemua sektor dan komponennya, stress, terombang-ambing antara jati dirinya, apakah ikut model sekolah umum atau antara ikut Diknas dan Depag. Belum ada sistem yang mantap dalam pengembangan model pendidikan agama dan pendidikan keagamaan. Ketiga, kesempatan [opportunities], bahwa dalam UU No.20 Th. 2003 memberi kesempatan atau momentum pengembangan pendidikan agama dan keagamaan. Pendidikan Islam diakui sama dengan pendidikan yang lain. Keempat, ancaman [treat], bahwa banyak lembaga pendidikan lain yang lebih tangguh dan berkualitas, Ilmu dan teknologi yang berkembang sangat pesat belum terkejar oleh pendidikan Islam, pendidikan Islam kehilangan jati dirinya, pendidikan Islam selalu menjadi warga kelas dua, tercabut dari akar budaya komunitas muslimnya. Dalam perspektif pendidikan, mungkin akan bertanya mampukah kita menciptakan dan mengembangkan sistem pendidikan Islam yang menghasilkan lulusan-lusan yang ”mampu memilih” tanpa kehilangan peluang dan jati dirinya?
Masalah: masih ada hubungan yang tidak erat antara lembaga pendidikan dengan masyarakat sekitar
dampak: terjadi kesenjangan antara lembaga pendidikan dengan masyarakat dimana lembaga tidak bisa menjadi partner masyarakat dalam berbenah diri.
Persoalan-persoalan yang Dihadapi Pesantren
Memang system yang ditampilkan dalam pondok pesantren mempunyai keunikan dibandingkan dengan system yang diterapkan dalam pendidikan pada umumnya, seperti: (masalah)
1. Memakai system tradisional yang mempunyai kebebasan penuh dibandingkan dengan sekolah modern, sehingga terjadi hubungan dua arah antara santri dan kiai
2. Kehidupan di pesantren menimbulkan semangat demokrasi karena mereka praktis bekerja sama mengatasi problem nonkurikuler mereka
3. Para santri tidak mengidap penyakit “simbolik” yaitu perolehan gelar dan ijazah karena sebagian besar pesantren tidak mengeluarkan ijazah, sedangkan santri dengan ketulusan hatinya masuk pesantren tanpa adanya ijazah tersebut. Hal ini karena tujuan utama mereka hanya ingin mencari keridhaan Allah swt semata-mata.
4. System pondok pesantren mengutamakan kesederhanaan idealisme, persaudaraan, persamaan, rasa percaya diri dan keberanian hidup
5. Alumni pondok pesantren tidak ingin menduduki jabatan pemerintah, sehingga mereka hampir tidak dapat dikuasai oleh pemerintah.
Dalam perkembangannya sekarang, pondok pesantren mulai menampakkan keberadaannya sebagai lembaga pendidikan islam yang mumpuni, di mana di dalamnya juga didirikan sekolah, baik secara formal maupun nonformal. Bahkan sekarang pesantren punya trend baru dalam rangka merenovasi terhadap system yang selama ini dipergunakan, yakni: (solusi)
a. Mulai akrab dengan metodologi ilmiah modern.
b. Semakin berorientasi pada pendidikan dan fungsional artinya terbuka atas perkembangan di luar dirinya.
c. Diversifikasi program dan kegiatan makin terbuka makin terbuka dan ketergantungannya pun absolute dengan kiai, dan sekaligus dapat membekali para santri dengan berbagai pengetahuan di luar mata pelajaran agama, maupun keterampilan yang diperlukan di lapangan kerja.
d. Dapat berfungsi sebagai pusat pengembangan masyarakat.
Ditengah-tengah arus perubahan social budaya seperti yang terjadi akhir-akhir ini, justru trend tersebut menjadi persoalan baru yang tampaknya memerlukan solusi dan pemecahan, diantaranya: (masalah)
1) Masalah integrasi pondok pesantren ke dalam system pendidikan nasional: integrasi kurikulum maupun kebijakan berbeda dengan pemerintah. Dampak pesantren kurang mendapat perhatian dari perhatian.
2) Masalah pengembangan wawasan sosbud dan ekonomi: lulusan pesantren dalam kurang menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman, dalam hal pekerjaan lebih apa adanya. Dampak: menjadi golongan menegah ke bawah
3) Masalah pengalaman kekuatan dengan pihak-pihak lain untuk mencari tujuan membentuk masyarakat ideal yang diinginkan: agak sulit untuk diajak maju. Dampaknya: masyarakat agak terbelkang, cara berfikirnya masih tradisionalis.
4) Masalah berhubungan dengan keimanan dan keilmuan sepanjang yang dihayati pondok pesantren.: hanya mementingkan ilmu akhirat, belum begitu berfikir ilmu duniawi. Dampak: kurang bisa dalam masalah ilmu eksakta
Disamping kecenderungan-kecenderungan yang justru menimbulkan permasalahan-permasalahan baru bagi pesantren, dilain pihak kini pesantren mengalami transformasi atau perubahan kultur, system dan nilai, seperti: (solusi)
a. Perubahan system pengajaran dari perseorangan atau sorogan menjadi system klasik atau yang lebih dikenal dengan sebutan madrasah
b. Diberikannya pengetahuan umum disamping masih mempertahankan pengetahuan agama dan bahsa arab.
c. Bertambahnya komponen pendidikan pondok pesantren, missal: ketrampilan sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan masyarakat sekitar.
d. Diberikannya ijazah bagi santri yang telah menyelesaikan studinya di pesantren yang terkadang ijazah tersebut disesuaikan dengan ijazah negeri.
Maka dengan adanya “Dinamika Pesantren” Prof.Dr.Mastuhu mengemukakan beberapa indicator pergeseran yang dialami oleh pesantren:
1. Kiai bukan lagi merupakan satu-satunya sumber belajar. Semakin tingginya dinamika komunikasi antara system pendidikan pesantren dan system lain maka santri dapat belajar dari banyak sumber.
2. Hampir pesantren menyelenggarakan jenis pendidikan formal yakni madrasah, sekolah umum dan perguruan tinggi dan nonformal tradisional yang hanya mempelajari kitab-kitab islam klasik yang sangat sedikit jumlahnya.
3. Santri kini membutuhkan ijazah dan penguasaan bidang keahlian atau ketrampilan yang jelas guna untuk menguasai lapangan kehidupan atau lapangan pekerjaan.
4. Terdapat kecenderungan santri semakin kuatuntuk mempelajari IPTEK pada lembaga pendidikan formal, baik di madrasah maupun di sekolah umum.
5. Para santri dapat menerima kiriman uang dari orang tuanya atau keluarga
6. Secara resmi pesantren telah menjadi subsistem pendidikan nasional karena adanya model madrasah yang memakai system kelas dan diajarkan ilmu pengetahuan umum ke dalam pesantren.
Upaya pengembangan podok pesantren di masa yang akan datang:
Ada dua hal yang harus diperhatikan dalam pengembangan pondok pesantren yakni dari segi eksternal dan internal:
a. Eksternal
1) Tetap menjaga citra pondok di mata masyarakat sesuai harapan masyarakat, harapan orang tua yang memasuki anaknya ke pondok. Maka mutu keluaran pondok harus mempunyai nilai tambah dari keluaran pendidikan lainnya yang sederajat.
2) Santri dalam pondok hendaknya dipersiapkan untuk mampu berkompetisi dalam masyarakat.
3) Pondok harusnya terbuka terhadap setiap perkembangan dan temuan ilmiah dalam masyarakat, termasuk dalam temuan baru agar para santri tidak gaptek dan tidak ketinggalan zaman atau informasi dan tidak hanya tenggelam pada dunianya saja.
4) Pondok seharusnya dapat menjadi pusat studi (Lab.Agama) yang dapat membahas perkembangan dalam masyarakat, guna kepentingan bangsa dan ummat islam khususnya.
b. Internal
1) Kurikulum pondok pesantren
Masalah: bersifat dikotomi atau memisahkan antara pengetahuan agama dengan pengetahuan umum
Solusi: adanya kurikulum yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan anak didik, baik minat atau bakatnya karena penelusuran bakat dan minat mereka lebih mudah dilakukan di pondok, karena umumnya santri tinggal di pondok.
2) Tenaga pengajar pada pondok pesantren
Tanpa mengurangi kiai dalam ponpes untuk pengembangan pondok di masa yang akan datang maka perlu adanya:
a) Ulama’-ilmuwan-pendidik yang dapat mentransfer ilmunya kepada santri dengan baik serta memiliki wawasan yang mantap.
b) Proses pembelajaran di pondok
Masalah: menggunakan system individual dimana kiai yang mengajarkan para santri namun hal ini tidak bisa lagi dikembangkan karena jumlah santri yang mencapai ribuan.
Solusi: Dikembangkan daya nalar, kritik dan kreativitas anak.Maksudnya dari para santri sendiri mengajarkan atau mentransfer ilmu yang mereka miliki pada junior santrinya, atau mungkin juga senior kiai atau biasanya di datangkan dari ustadz luar. Di samping itu juga antara santri dan kiai harus saling berinteraksi dalam proses pembelajaran misalkan adanya Tanya jawab
c) Sarana pendidikan di pondok
Masalah: kurang adanya sarana belajar seperti computer, perpustakaan sehingga para santri harus keluar dari pondok untuk mengerjakan tugas atau membaca buku.
Solusi: disediakannya sarana belajar yang lengkap agar hasil yang dicapai lebih baik daripda sebelumnya yang tidak memiliki sarana belajar yang lengkap.
d) Aktivitas kesantrian
Masalah: aktivitas santri dulu monoton hanya mengaji, sholat, tadarus membaca kitab sehingga wawasan santri tidak begitu luas
Solusi: untuk memperluas wawasan santri maka selain sholat, mengajai dan lain sebgaainya maka diperlukannya aktivitas yang lebih banyak misalkan meneliti sesuatu yang ada di lingkungannya, berolah raga dan seni, berorganisasi dan lain sebagainya. Agar santri dapat berkompetisi dengan masyarakat setelah keluar pondok.
2. Solusi dalam mengatasi berbagai persoalan yang muncul dalam manajeman kelembagaan pendidikan islam
a. Manajemen kurikulum
Solusi: perlu ada perimbangan [balancing] antara disiplin atau kajian-kajian agama dengan pengembangan intelektualitas dalam program kurikulum pendidikan. Sistem pendidikan Islam harus menganut integrated curriculum, artinya perpaduan, koordinasi, harmonis, dan kebulatan materi-materi pendidikan dengan ajaran Islam, dan bukan separated subject curriculum maunpun correlated curriculum. Maka dengan konsep integrated curriculum, proses pendidikan akan memberikan penyeimbangan antara kajian-kajian agama dengan kajian lain [non-agama] dalam pendidikan Islam yang merupakan suatu keharusan, apabila menginginkan pendidikan Islam kembali survive di tengah perubahan masyarakat.
b. Manajeman guru
1. Guru diikutkan dalam pelatihan-pelatihan
2. Guru jangan diberi beban tugas selan mengajar dan mendidik
3. Mengadakan pelatihan atau diklat untuk meningkatkan kompetensi guru
4. Mengadakan pelatihan metode pembelajaran
c. Manajemen kesiswaan
1. Mengubah peran siswa dari objek pembelajaran menjadi subjek pembelajaran
2. Tujuan pembelajaran darahkan untuk mengembangkan seluruh aspek baik koniitf, afektif dan psikomotorik
3. Adakan kelompok belajar antara anak pandai dan kurang pandai agar ia bisa belajar dari temannya
4. Adakan identifikasi bakat anak agar potensi yang dimiliki dapat dikembangkai
5. Membukukan dengan baik keadaan siswa
6. Pengadaan buku pribadi siswa
7. Mengadakan variasi evaluasi pembelajaran
8. Mengadakan bimbingan yang baik bagi siswa
d. Manajemen personal
1. Memilih kepala sekolah yang cakap dan berkompeten
2. Mencari guru yang benar-benar menguasai materi dan metode atau melakukan pelatihan dan studi lanjut
3. Memperjelas hak dan kewajiban semua elemen dalam lembaga.
e. Manajemen keuangan
1. Mencari sumber dana lain dan tidak terlalu bergantung pada pemerintah
2. Memperaiki administrasi
3. Melakukan pembukuan terhadap keuangan pesantren salaf
4. Yayasan berusaha mengembangkan sumber pendanaan
5. Memperjelas dan tidak mencampur adukkan manajemen keuangan bagi yayasan yang mempunyai banyak lembaga pendidikan
f. Manajemen kelas
1. Menyusun perencanaan kelas yang baik
2. Mengtur tempat duduk maupun pengurus kelas sesuai kapasitas dan kemampuan anak
3. Memaksimalkan kontrol terhadap kinerja guru dikelas maupun aktivitas yang terjadi di dalam kelas
4. Melatih kepemimpinan guru
5. Menertibkan peraturan dan memberi sanksi yang tegas bagi pelanggar peraturan
g. Manajemen sarana dan prasarana
1. Pemerintah atau yayasan menyediakan sarana dan prasarana secara merata
2. Melengkapi sarana dan prasarana sekolah
3. Memperbaiki atau mengganti sarana yang sudah rusak
4. Melakukan perawatan dengan baik dan berkesinambungan
5. Meningkatkan biaya perawatan sarana dan prasarana
6. Memanajemen penggunaan sarana sesuai aturan dan kebutuhan
h. Manajemen humas
Menjalin hubungan yang erat, strategis antara lembaga pendidikan dan masyarakat
BAB III
KESIMPULAN
Bahwasanya permasalahannya yang muncul dalam kelembagaan manajemen lembaga pendidikan islam mencakup berbagai aspek yaitu:
a. Manajemen kurikulum
b. Manajemen guru
c. Manajemen kesiswaan
d. Manajemen kelas
e. Manajemen personalia
f. Manajemen sarana dan prasarana
g. Manajemen humas
h. Manajemen keuangan
Dimana beberapa aspek ini timbul berbagai masalah yang telah kami sebutkan diatas dan dampaknya cukup signifikan menghambat keberhasilan pembelajaran kemajuan dan perkembangan lembaga pendidikan islam, maka dari itu dibutuhkan solusi yang real dan tepat untuk mengatasi masalah-masalah tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Sindemeysin. 2009. Manajemen Kesiswaan. Tersedia online http://sindemeysin.blogspot.com/2009/05/masalah-di-manajemen-kesiswaan.html, diakses tanggal 18 Mei 2011.
http://etd.eprints.ums.ac.id/4822/1/G000050006.pdf, diakses tanggal 19 Mei 2011
http://www.lkas.org/pendidikan/detail/26/manajemen_kelas_dalam_lembaga_pendidikan_islam.html, diakses tanggal 19 mei 2011
http://cintapendidikan-siron.blogspot.com/2010/10/fungsi-fungsi-manajemen-sekolah.html (diakses tanggal 13 mei 2011)
Abdul Aziz, Kompas, 18 Maret 2004
http://apiel.xtgem.com/files/2.%20Download%20pelaksanaan%20_1.htm, diakses tanggal 19 Mei 2011

DEFINISI THOHAROH DAN URGENSINYA

Ath-Thoharoh menurut bahasa, adalah kebersihan atau bersih dari berbagai kotoran, baik yang bersifat hissiyah (nyata), seperti najis berupa air seni dan selainnya, maupun yang bersifat ma’nawiyah, seperti air seni dan perbuatan maksiat. At-Tathhir bermakna tanzhif (membersihkan), yaitu pembersihan pada tempat yang terkotori. {Lihat Allubab Syarh al-Kitab (I/10) dan ad-Dur al-Mukhthor (I/79)}
Thoharoh, menurut syar’i, adalah menghilangkan hal-hal yang dapat menghalangi sholat berupa hadats atau najis dengan menggunakan (air atau selainnya), atau mengangkat hukum najis itu dengan tanah. {Lihat al-Mughni (I/12 [cetakan Hajar]) karya al-Imam Ibnu Qudamah al-Maqdisi –rohimahulloh–}
Adapun hukum thoharoh, maka mensucikan dan menghilangkan najis adalah wajib, jika diketahui dan mampu melakukannya. Alloh Subnahanhu wa Ta’ala berfirman:
وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْ
Dan pakaianmu bersihkannlah.” {Qur’an Surot al-Mudatstsir (74): ayat 4}
أَنْ طَهِّرَا بَيْتِيَ لِلطَّائِفِينَ وَالْعَاكِفِينَ وَالرُّكَّعِ السُّجُودِ
“…Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang thowaf, yang i’tikaf, yang ruku’, dan yang sujud.” {Qur’an Surot al-Baqoroh (2): ayat 125}
Sementara mensucikan diri dari hadats hukumnya adalah wajib untuk dapat melaksanakan sholat. Dasarnya adalah sabda Nabi –shollallohu ‘alaihi wa sallam–:
Sholat tidak  diterima dengan tanpa bersuci.” {Hadits shohih, diriwayatkan oleh Muslim (224)}
Adapun urgensinya, sesungguhnya thoharoh itu adalah:
1. Syarat syahnya seorang hamba. Nabi –shollallhu ‘alaihi wa sallam– bersabda:
Tidak diterima sholat orang yang berhadast hingga ia berwudhu’.” {Hadits shohih (muttafaq ‘alaih), diriwayatkan oleh al-Bukhori (135) dan Muslim (225)}
Mengerjakan sholat dengan bersuci adalah bentuk pengagungan kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala. Sementara hadats dan junub -walaupun bukan najis yang terlihat- adalah najis maknawi yang menyebabkan kotoranya sesuatu yang berhubungan dengannya. Keberadaannya dapat menghilangkan pengagungan kepadan-Nya dan menafikan prinsip kebersihan.
2. Alloh Subhanahu wa Ta’ala memuji orang-orang yang bersuci, sebagaimana firman-Nya:
إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ
…Sesungguhnya Alloh menyukai orang-orang yang taubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.” {Qur’an Surot al-Baqoroh (2): ayat 222}
Alloh Subhanahu wa Ta’ala juga memuji para penghuni Masjid Quba’, firman-Nya:
فِيهِ رِجَالٌ يُحِبُّونَ أَنْ يَتَطَهَّرُوا وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُطَّهِّرِينَ
…Di dalamnya (Masjid Quba’) ada orang yang ingin membersihkan diri. Dan Alloh menyukai orang-orang yang bersih.” {Qur’an Surot at-Taubah (9): ayat 108}
3. Kelalaian membersihkan diri dari najis merupakan salah satu sebab turunnya siksa kubur. Diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas –rodhiyallohu ‘anhuma–, ia berkata, Rosululloh –shollallohu ‘alaihi wa sallam– melewati dua kubur, lalu beliau bersabda:
Sesungguhnya dua penghuni kubur ini sedang di-adzab, dan tidaklah mereka  berdua di-adzab karena suatu perkara yang besar (sulit untuk dikerjakan). Adapun orang ini, ia tidak membersihkan diri dari air seninya…” {Hadits shohih, diriwayatkan oleh Abu Dawud (20), an-Nasa’i (31, 2069), dan Ibnu Majah (347)}
JENIS-JENIS THOHAROH
Ulama’ membagi thoharoh syar’iyah menjadi dua bagian:
1. Thoharoh haqiqiyah, yaitu thoharoh dari al-hubts, yakni najis. Najis ini terdapat pada tubuh, pakaian dan tempat.
2. Thoharoh hukmiyah, yaitu thoharoh dari hadats. Hadats ini khusus pada badan. Thoharoh jenis ini terbagi atas tiga macam: Thoharoh kubro, yaitu mandi. Thoharoh sughro, yaitu wudhu’. Dan pengganti keduannya, apabila tidak mampu, yaitu tayammum.
Sumber:
Shohih Fiqih Sunnah [judul asli: Shohih Fiqh as-Sunnah wa Adillatuhu wa Taudhih Madzahib al-A'immah], karya al-’Allamah Kamal bin as-Sayyid Salim, cetakan at-Tazkia.

Selasa, 03 April 2012

KARAKTERISTIK BELAJAR ANAK


Pertumbuhan Fisik atau Jasmani
1.      Perkembangan fisik atau jasmani anak sangat berbeda satu sama lain, sekalipun anak-anak tersebut usianya relatif sama, bahkan dalam kondisi ekonomi yang relatif sama pula. Sedangkan pertumbuhan anak-anak berbeda ras juga menunjukkan perbedaan yang menyolok. Hal ini antara lain disebabkan perbedaan gizi, lingkungan, perlakuan orang tua terhadap anak, kebiasaan hidup dan lain-lain.
2.      Nutrisi dan kesehatan amat mempengaruhi perkembangan fisik anak. Kekurangan nutrisi dapat menyebabkan pertumbuhan anak menjadi lamban, kurang berdaya dan tidak aktif. Sebaliknya anak yang memperoleh makanan yang bergizi, lingkungan yang menunjang, perlakuan orang tua serta kebiasaan hidup yang baik akan menunjang pertumbuhan dan perkembangan anak.
3.      Olahraga juga merupakan faktor penting pada pertumbuhan fisik anak. Anak yang kurang berolahraga atau tidak aktif sering kali menderita kegemukan atau kelebihan berat badan yang dapat mengganggu gerak dan kesehatan anak.
4.      Orang tua harus selalu memperhatikan berbagai macam penyakit yang sering kali diderita anak, misalnya bertalian dengan kesehatan penglihatan (mata), gigi, panas, dan lain-lain. Oleh karena itu orang tua selalu memperhatikan kebutuhan utama anak, antara lain kebutuhan gizi, kesehatan dan kebugaran jasmani yang dapat dilakukan setiap hari sekalipun sederhana.

Perkembangan Intelektual dan Emosional
1.      Perkembangan intelektual anak sangat tergantung pada berbagai faktor utama, antara lain kesehatan gizi, kebugaran jasmani, pergaulan dan pembinaan orang tua. Akibat terganggunya perkembangan intelektual tersebut anak kurang dapat berpikir operasional, tidak memiliki kemampuan mental dan kurang aktif dalam pergaulan maupun dalam berkomunikasi dengan teman-temannya.
2.      Perkembangan emosional berbeda satu sama lain karena adanya perbedaan jenis kelamin, usia, lingkungan, pergaulan dan pembinaan orang tua maupun guru di sekolah. Perbedaan perkembangan emosional tersebut juga dapat dilihat berdasarkan ras, budaya, etnik dan bangsa.
3.      Perkembangan emosional juga dapat dipengaruhi oleh adanya gangguan kecemasan, rasa takut dan faktor-faktor eksternal yang sering kali tidak dikenal sebelumnya oleh anak yang sedang tumbuh. Namun sering kali juga adanya tindakan orang tua yang sering kali tidak dapat mempengaruhi perkembangan emosional anak. Misalnya sangat dimanjakan, terlalu banyak larangan karena terlalu mencintai anaknya. Akan tetapi sikap orang tua yang sangat keras, suka menekan dan selalu menghukum anak sekalipun anak membuat kesalahan sepele juga dapat mempengaruhi keseimbangan emosional anak.
4.      Perlakuan saudara serumah (kakak-adik), orang lain yang sering kali bertemu dan bergaul juga memegang peranan penting pada perkembangan emosional anak.
5.      Dalam mengatasi berbagai masalah yang sering kali dihadapi oleh orang tua dan anak, biasanya orang tua berkonsultasi dengan para ahli, misalnya dokter anak, psikiatri, psikolog dan sebagainya. Dengan berkonsultasi tersebut orang tua akan dapat melakukan pembinaan anak dengan sebaik mungkin dan dapat menghindarkan segala sesuatu yang dapat merugikan bahkan memperlambat perkembangan mental dan emosional anak.
6.      Stres juga dapat disebabkan oleh penyakit, frustasi dan ketidakhadiran orang tua, keadaan ekonomi orang tua, keamanan dan kekacauan yang sering kali timbul. Sedangkan dari pihak orang tua yang menyebabkan stres pada anak biasanya kurang perhatian orang tua, sering kali mendapat marah bahkan sampai menderita siksaan jasmani, anak disuruh melakukan sesuatu di luar kesanggupannya menyesuaikan diri dengan lingkungan, penerimaan lingkungan serta berbagai pengalaman yang bersifat positif selama anak melakukan berbagai aktivitas dalam masyarakat.
Perkembangan Moral, Sosial, dan Sikap
1.      Kepada orang tua sangat dianjurkan bahwa selain memberikan bimbingan juga harus mengajarkan bagaimana anak bergaul dalam masyarakat dengan tepat, dan dituntut menjadi teladan yang baik bagi anak, mengembangkan keterampilan anak dalam bergaul dan memberikan penguatan melalui pemberian hadiah kepada ajak apabila berbuat atau berperilaku yang positif.
2.      Terdapat bermacam hadiah yang sering kali diberikan kepada anak, yaitu yang berupa materiil dan non materiil. Hadiah tersebut diberikan dengan maksud agar pada kemudian hari anak berperilaku lebih positif dan dapat diterima dalam masyarakat luas.
3.      Fungsi hadiah bagi anak, antara lain: (a) memiliki nilai pendidikan, (b) memberikan motivasi kepada anak, (c) memperkuat perilaku dan (d) memberikan dorongan agar anak berbuat lebih baik lagi.
4.      Fungsi hukuman yang diberikan kepada anak adalah: (a) fungsi restruktif, (b) fungsi pendidikan, (c) sebagai penguat motivasi.
5.      Syarat pemberian hukuman adalah: (a) segera diberikan, (b) konsisten, (c) konstruktif, (d) impresional artinya tidak ditujukan kepada pribadi anak melainkan kepada perbuatannya, (e) harus disertai alasan, (f) sebagai alat kontrol diri, (g) diberikan pada tempat dan waktu yang tepat.

Jean Piaget (1950) seorang pakar psikologis menyatakan bahwa setiap anak memiliki cara tersendiri dalam menginterpretasikan dan beradaptasi dengan lingkungannya (teori perkembangan kognitif). Menurutnya, setiap anak memiliki struktur kognitif yang disebut schemata yaitu sistem konsep yang ada dalam pikiran sebagai hasil pemahaman terhadap objek yang ada dalam lingkungannya.
Pemahaman tentang objek tersebut berlangsung melalui proses asimilasi (menghubungkan objek dengan konsep yang sudah ada dalam pikiran) dan proses akomodasi (proses memanfaatkan konsep-konsep dalam pikiran untuk menafsirkan objek). Kedua proses tersebut jika berlangsung terus menerus akan membuat pengetahuan lama dan pengetahuan baru menjadi seimbang. Dengan cara seperti itu secara bertahap anak dapat membangun pengetahuan melalui interaksi dengan lingkungannya.
Berdasarkan hal tersebut, maka perilaku belajar anak sangat dipengaruhi oleh aspek-aspek dari dalam dirinya dan lingkungannya. Kedua hal tersebut tidak mungkin dipisahkan karena memang proses belajar terjadi dalam konteks interaksi diri anak dengan lingkungannya.
Anak usia sekolah dasar berada pada tahapan operasi konkret. Pada rentang usia sekolah dasar tersebut anak mulai menunjukkan perilaku belajar sebagai berikut:
  • Mulai memandang dunia secara objektif, bergeser dari satu aspek situasi ke aspek lain secara reflektif dan memandang unsur-unsur secara serentak,
  • Mulai berpikir secara operasional,
  • Mempergunakan cara berpikir operasional untuk mengklasifikasikan benda-benda,
  • Membentuk dan mempergunakan keterhubungan aturan-aturan, prinsip ilmiah sederhana, dan mempergunakan hubungan sebab akibat, dan
  • Memahami konsep substansi, volume zat cair, panjang, lebar, luas, dan berat.
Memperhatikan tahapan perkembangan berpikir tersebut, kecenderungan belajar anak usia sekolah dasar memiliki tiga ciri, yaitu:
  1. Konkrit. Konkrit mengandung makna proses belajar beranjak dari hal-hal yang konkrit yakni yang dapat dilihat, didengar, dibaui, diraba, dan diotak atik, dengan titik penekanan pada pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar.  Pemanfaatan lingkungan akan menghasilkan proses dan hasil belajar yang lebih bermakna dan bernilai, sebab siswa dihadapkan dengan peristiwa dan keadaan yang sebenarnya, keadaan yang alami, sehingga lebih nyata, lebih faktual, lebih bermakna, dan kebenarannya lebih dapat dipertanggungjawabkan. 
  2. Integratif; Pada tahap usia sekolah dasar anak memandang sesuatu yang dipelajari sebagai suatu keutuhan, mereka belum mampu memilah-milah konsep dari berbagai disiplin ilmu, hal ini melukiskan cara berpikir anak yang deduktif yakni dari hal umum ke bagian demi bagian.
  3. Hierarkis; Pada tahapan usia sekolah dasar, cara anak belajar berkembang secara bertahap mulai dari hal-hal yang sederhana ke hal-hal yang lebih kompleks. Sehubungan dengan hal tersebut, maka perlu diperhatikan mengenai urutan logis, keterkaitan antar materi, dan cakupan keluasan serta kedalaman materi .
Berdasarkan pendapat pakar tersebut, peran orang tua sangat berpengaruh terhadap proses belajar anak, dibutuhkan kesabaran para orang tua untuk mendampingi buah hati menjadi manusia yang unggul dan produktif di masa depan.