BAB I
PENDAHULUAN
Latar belakang
Pendidikan di Indonesia dikenal dengan dua sistem, yaitu pendidikan umum dan
pendidikan Islam, dimana masing dibawah naungan Mendiknas dan Menag. Dua jenis
lembaga pendidikan ini mendapat perlakuan yang tidak sama dari pemerintah.
Pendidikan umum lebih mendapat perhatian daripada pendidikan yang berlabel
Islam.
Lembaga pendidikan Islam yang notabene di bawah naungan departemen agama
kebanyakan tidak didirikan oleh pemerintah sendiri. Melainkan didirikan pondok
pesantren maupun perorangan yang kebanyakan berupa yayasan. Model pendidikan
seperti ini kemudian dalam segala urusan biasanya dikuasai oleh pemegang
yayasan bukan terpusat secara nasional oleh pemerintah. Sehingga setiap
madrasah berbeda satu sama lain.
Sebagai sebuah lembaga pendidikan, madrasah atau universitas pendidikan Islam
tentunya mempunyai berbagai kelebihan dan kekurangan, maupun permasalahan yang
dihadapi olehnya. Permasalahan yang dihadapi lembaga pendidikan Islam biasanya
sangat kompleks. Terlebih-lebih dalam hal manajemen dan kelembagaannya. Maka
dari itu kami akan akan mengidentifikasi permasalahan manajemen dan kelembagaan
yang muncul dalam lembaga pendidikan Islam dan berusaha memberikan solusi untuk
kebaikan lembaga pendidikan Islam.
Rumusan Masalah
1. Apa saja permasalahan manajemen dan kelembagaan yang muncul dalam lembaga
pendidikan Islam?
2. Bagaimana dampak munculnya permasalahan tersebut?
3. Bagaimana solusi untuk memperbaiki permasalahan yang muncul dalam lembaga
pendidikan Islam tersebut?
Tujuan
1. Mengetahui permasalahan manajemen dan kelembagaan yang muncul dalam lembaga
pendidikan Islam
2. Mengetahui dampak munculnya permasalahan tersebut
3. Mengetahui solusi untuk memperbaiki permasalahan yang muncul dalam lembaga
pendidikan Islam.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Permasalahan Manajemen Dan Kelembagaan Serta Dampaknya Dalam Lembaga
Pendidikan Islam
a. Manajemen kurikulum
Manajemen kurikulum merupakan subtansi manajemen yang utama di sekolah. Prinsip
dasar manajemen kurikulum ini adalah berusaha agar proses pembelajaran dapat
berjalan dengan baik, dengan tolok ukur pencapaian tujuan oleh siswa dan
mendorong guru untuk menyusun dan terus menerus menyempurnakan strategi
pembelajarannya. Tahapan manajemen kurikulum di sekolah dilakukan melalui empat
tahap :
1. perencanaan
2. pengorganisasian dan koordinasi
3. pelaksanaan
4. pengendalian.
Dalam konteks Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Tita Lestari (2006)
mengemukakan tentang siklus manajemen kurikulum yang terdiri dari empat tahap :
1. Tahap perencanaan; meliputi langkah-langkah sebagai :
a) analisis kebutuhan
b) merumuskan dan menjawab pertanyaan filosofis
c) menentukan disain kurikulum dan
d) membuat rencana induk (master plan): pengembangan, pelaksanaan, dan
penilaian.
2. Tahap pengembangan, meliputi langkah-langkah :
a) perumusan rasional atau dasar pemikiran
b) perumusan visi, misi, dan tujuan
c) penentuan struktur dan isi program
d) pemilihan dan pengorganisasian materi
e) pengorganisasian kegiatan pembelajaran
f) pemilihan sumber, alat, dan sarana belajar dan
g) penentuan cara mengukur hasil belajar.
3. Tahap implementasi atau pelaksanaan, meliputi langkah-langkah:
a) penyusunan rencana dan program pembelajaran (Silabus, RPP: Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran)
b) penjabaran materi (kedalaman dan keluasan)
c) penentuan strategi dan metode pembelajaran
d) penyediaan sumber, alat, dan sarana pembelajaran penentuan cara dan alat
penilaian proses dan hasil belajar setting lingkungan pembelajaran
4. Tahap penilaian, terutama dilakukan untuk melihat sejauhmana kekuatan dan
kelemahan dari kurikulum yang dikembangkan, baik bentuk penilaian formatif
maupun sumatif. Penilailain kurikulum dapat mencakup Konteks, input, proses,
produk (CIPP) : Penilaian konteks: memfokuskan pada pendekatan sistem dan
tujuan, kondisi aktual, masalah-masalah dan peluang. Penilaian Input:
memfokuskan pada kemampuan sistem, strategi pencapaian tujuan, implementasi
design dan cost benefit dari rancangan. Penilaian proses memiliki fokus yaitu
pada penyediaan informasi untuk pembuatan keputusan dalam melaksanakan program.
Penilaian product berfokus pada mengukur pencapaian proses dan pada akhir
program (identik dengan evaluasi sumatif).
Problem kurikulum: masih ada dikotomi kurikulum (pemisahan ilmu agama dan ilmu
umum). Dampak: dalam pengajaran masih dipisah antara ilmu agama dan ilmu umum.
b. Manajemen Guru
Masalah:
1) guru kurang profesional dalam mengajar
2) guru mendapat tugas lain selain mengajar dan mendidik
3) guru kurang memenuhi kompetensi yang telah ditetapkan
4) kreatifitas guru kurang
Dampak:
1) asal-asalan dalam mengajar dan tidak disiplin
2) guru tidak fokus pada tugas dan kewajiban mengajar karena mendapat beban
lain
3) tidak bisa menjalankan tugas secara maksimal tidak berkembang dan tidak
mempunyai inovasi
4) monoton dalam pembelajaran
c. Bidang Kesiswaan
Dalam Depdikbud disebutkan dalam manajemen kesiswaan terdapat empat prinsip
dasar, yaitu : (a) siswa harus diperlakukan sebagai subyek dan bukan obyek,
sehingga harus didorong untuk berperan serta dalam setiap perencanaan dan
pengambilan keputusan yang terkait dengan kegiatan mereka; (b) kondisi siswa
sangat beragam, ditinjau dari kondisi fisik, kemampuan intelektual, sosial
ekonomi, minat dan seterusnya. Oleh karena itu diperlukan wahana kegiatan yang
beragam, sehingga setiap siswa memiliki wahana untuk berkembang secara optimal;
(c) siswa hanya termotivasi belajar, jika mereka menyenangi apa yang diajarkan;
dan (d) pengembangan potensi siswa tidak hanya menyangkut ranah kognitif,
tetapi juga ranah afektif, dan psikomotor .
Ada tiga masalah utama yang perlu mendapat perhatian dalam bidang kesiswaan
yaitu :
- Masalah penerimaan siswa baru
- Masalah kemajuan belajar dan evaluasi belajar
- Masalah bimbingan
Untuk masalah yang pertama setiap tahun dibentuk panitia penerimaan siswa baru.
Panitia ini diserahi tugas untuk mengManajemenkan dan mengorganisasikan seluruh
kegiatan penerimaan siswa baru. Pimpinan sekolah harus mampu memberi pedoman
yang jelas kepada panitia agar penerimaan siswa baru ini berjalan dengan
lancar.
Di samping itu sekolah mempunyai tanggung jawab yang besar terhadap usaha
mengembangkan kemajuan belajar siswa-siswanya. Kemajuan belajar ini secara
periodik harus dilaporkan terutama kepada orang tua siswa. Ini semua merupakan
tanggungjawab pimpinan sekolah. Oleh karena itu pimpinan harus tahu benar-benar
kemajuan belajar anak-anak di sekolahnya, ia harus mengenal anak-anak beserta
latar belakang masalahnya.
Laporan hasil kemajuan belajar hendaknya tidak dianggap sebagai kegiatan rutin
saja, tetapi mempunyai maksud agar orang tua siswa juga ikut berpartisipasi
secara aktif dalam membina belajar anak-anaknya.
Masalah yang juga erat hubungannya dengan kemajuan belajar ini ialah masalah
bimbingan. Tugas sekolah bukan hanya sekedar memberi pengetahuan dan
ketrampilan saja, tetapi sekolah harus mendidik anak-anak menjadi manusia
seutuhnya. Oleh karena itu tugas sekolah bukan saja memberikan pelbagai ilmu
pengetahuan tetapi juga membimbing anak-anak menuju ke arah kedewasaan. Dalam
rangka ini maka tugas pimpinan sekolah ialah menyelenggarakan kegiatan
bimbingan dan konseling di sekolah. Dengan kegiatan bimbingan ini maka
anak-anak akan ditolong untuk mampu mengenal dirinya, kekuatan-kekuatan dan
kelemahan-kelemahannya. Anak-anak akan ditolong agar mampu mengatasi masalah-masalahnya
yang dapat mengganggu kegiatan belajarnya. Dengan demikian diharapkan anak-anak
akan dapat bertumbuh secara sehat baik jasmani dan rohaninya serta dapat
merealisasikan kemampuannya secara maksimal.
Manajemen yang berhubungan dengan kesiswaan antara lain :
- Statistik presensi siswa
- Buku laporan keadaan siswa
- Buku induk
- Klapper
- Buku daftar kelas
- Buku laporan pendidikan (raport) catatan pribadi
- Daftar presensi, dsb.
Manajemen kesiswaan. Perencanaan, meliputi pendataan anak usia pra sekolah,
perencanaan daya tampung, perencanaan penerimaan dan penerimaan siswa baru.
Pengorganisasian, berupa pengelompokan siswa berdaarkan pola tertentu.
Penggerakan, meliputi pembinaan disiplin belajar siswa, pencatatan kehadiran
siswa, pengaturan perpindahan siswa, dan pengaturan kelulusan siswa.
Pengawasan, berupa pemantauan siswa dan penilaian siswa .
Permasalahan:
1) walaupun sudah KTSP dalam proses pembelajaran siswa masih kebanyakan masih
sebagai objek pembelajaran terutama alam kelas
2) Masih banyak kita temukan fakta-fakta di lapangan sistem pengelolaan anak
didik yang masih mengunakan cara-cara konvensional dan lebih menekankan
pengembangan kecerdasan dalam arti yang sempit dan tentunya kurang mmberi
perhatian kepada pengembangan bakat kreatif peserta didik.
3) Masih adanya diskriminasi antara anak pandai dan bodoh
4) Masih adanya pemikiran bahwa semua anak yang masuk ke sekolah mempunyai
potensi sama
5) Buku laporan keadaan siswa belum tertata dengan rapi
6) Belum adanya buku laporan keadaan pribadi siswa
7) Kemajuan belajar dan evaluasi kurang diperhatikan dan variatif

Belum adanya bimbingan
yang memadai bagi siswa
Dampak:
1) pembelajaran bersifat pasif
2) pembelajaran monoton
3) ada kecemburuan sosial dalam kelas
4) tidak ada bimbingan secara khusus bagi siswa yang mempunyai bakat tertentu
5) pihak sekolah kesulitan mengetahui perkembangan keadaan siswa
6) pihak sekolah tidak bisa mengetahui kondisi psikologis setiap siswa
7) kemajuan belajar bersifat stagnan dan monoton dalam evaluiasi

belum adanya bantuan bagi
siswa yang mempunyai keluhan atau masalah
d. Bidang Personalia
Terdapat empat prinsip dasar manajemen personalia yaitu: (a) dalam
mengembangkan sekolah, sumber daya manusia adalah komponen paling berharga; (b)
sumber daya manusia akan berperan secara optimal jika dikelola dengan baik,
sehingga mendukung tujuan institusional; (c) kultur dan suasana organisasi di
sekolah, serta perilaku manajerial sekolah sangat berpengaruh terhadap
pencapaian tujuan pengembangan sekolah; dan (d) manajemen personalia di sekolah
pada prinsipnya mengupayakan agar setiap warga dapat bekerja sama dan saling
mendukung untuk mencapai tujuan sekolah. Disamping faktor ketersediaan sumber
daya manusia, hal yang amat penting dalam manajamen personalia adalah berkenaan
penguasaan kompetensi dari para personil di sekolah. Oleh karena itu, upaya
pengembangan kompetensi dari setiap personil sekolah menjadi mutlak diperlukan.
Permasalahan:
1) Masih ada kepala madrasah yang belum cakap dalam memimpin madrasah
2) Masih ada guru yang tidak menguasai materi dan metode pada bidangnya
3) Masih adanya benturan antara personil madrasah terkait hak dan kewajibannya
Dampak:
1) Sistem yang berjalan di madrasah tidak baik
2) Pembelajaran kurang maksimal
3) Terjadi maslah antar personal madrasah
e. Bidang Keuangan
Manajemen keuangan di sekolah terutama berkenaan dengan kiat sekolah dalam
menggali dana, kiat sekolah dalam mengelola dana, pengelolaan keuangan
dikaitkan dengan program tahunan sekolah, cara mengadministrasikan dana
sekolah, dan cara melakukan pengawasan, pengendalian serta pemeriksaan. Inti
dari manajemen keuangan adalah pencapaian efisiensi dan efektivitas. Oleh
karena itu, disamping mengupayakan ketersediaan dana yang memadai untuk
kebutuhan pembangunan maupun kegiatan rutin operasional di sekolah, juga perlu
diperhatikan faktor akuntabilitas dan transparansi setiap penggunaan keuangan
baik yang bersumber pemerintah, masyarakat dan sumber-sumber lainnya.
Masalah:
1) kesulitan mendapatkan suntikan dana dari pemerintah
2) pengelolaan tidak teradministrasi dengan baik
3) bagi pesantren salaf belum ada pembukuan yang baik
4) sumber pendanaan lebih tergantung pada donatur ataupun harta pemilik yayasan
5) terjadi ketidakjelasan keuangan bagi lembaga yang mempunyai banyak struktur
(ketua yayasan, direktur, kepala sekolah), satu yayasan mempunyai banyak
lembaga.
dampak:
1) lembaga tidak bisa cepat berkembang
2) tidak ada kejelasan dalam pertanggung jawaban keuangan
3) tidak bisa meneliti darimana dan bagaimana penggunaan dana
4) jika donatur tidak ada dan harta pemilik yayasan kurang maka lembaga
pendidikan akan kesulitan dana
5) sirkulasi dan regulasi keuangan tidak jelas/campur aduk
f. Manajemen Kelas
Dinamika kelas pada dasarnya adalah kondisi kelas yang diliputi dorongan untuk
aktif secara terarah yang dikembangkan melalui kreatifitas dan inisiatif murid
sebagai suatu kelompok. Dinamika kelas dipengaruhi oleh cara guru kelas
menerapkan administrasi pendidikan dan kepemimpinan pendidikan serta
menggunakan pendekatan Manajemen/pengelolaan kelas. Penerapan kegiatan tersebut
antara lain, sebagai berikut:
1. Kegiatan Administratif Manajemen
Kelas pada dasarnya merupakan unit kerja yang di dalamya bekerja sejumlah orang
untuk mencapai suatu tujuan. Olehnya itu, pegelolaan kelas memerlukan tindakan-tindakan
berupa perencanaan, pengorganisasian, koordinasi dan kontrol sebagai
langkah-langkah kegiatan manajemen administratif.
a) Perencanaan kelas
Sebagai program umum kurikulum harus diterjemahkan menjadi program-program
kongkrit dan menghubungkannya dengan waktu yang ada, berupa program tahunan,
semester/cawu, bulanan, mingguan dan bahkan pada program harian. Selain
perencanaan berdasarkan kurikulum, sebuah kelas perlu menyusun program
penunjang berupa kegiatan ekstra kelas seperti kepramukaan, olah raga,
kesenian, pelajaran tambahan dan lain-lain.
b) Pengorganisasian kelas
Aspek yang paling penting dalam pegorganisasian ini adalah usaha utuk
menempatkan personal yang tepat pada tempatnya (proporsional) dengan
memperhatikan ability-nya, tingkat pendidikannya, masa kerjanya dan sebagainya.
Olehnya itu, harus diupayakan agar setiap personal kelas termasuk para siswa
untuk mengetahui posisinya masing-masing dalam struktur organisasi kelas yang
disusun berdasarkan pembagian tugas.
c) Koordinasi kelas.
Koordinasi kelas diwujudkan dengan menciptakan kerja sama yang didasari oleh
saling pengertian akan tugas dan peranan masing-masing. Maka koordinasi yang
efektif memungkinkan setiap personal menyampaikan saran dan pendapat, baik
dalam bidang kerjanya maupun bidang kerja patnernya terutama yang berhubungan
dengan bidang tugas yang menjadi tanggung jawab yang bersangkutan. Dengan
koordinasi yang efektif tidak akan terjadi (meminimalisir) tabrakan atau
kesimpangsiuran dalam penggunaan waktu dan fasilitas kelas.
d) Kontrol kelas
Selama dan setelah program kegiatan kelas dilaksanakan, maka perlu kegiatan
kontrol dari guru/wali kelas, dimana kontrol tersebut harus mengacu kepada
program yang disusun dengan maksud untuk menilai sampai dimana tujuan telah
dicapai dan apa yang menjadi hambatannya (jika ada), atau dengan kata lain
kegiatan kontrol kelas dilakukan untuk mengetahui kebaikan-kebaikan yang diraih
dan kekurangan-kekurangannya.
2. Kepemimpinan Guru/Wali Kelas
Dinamika kelas dipengaruhi secara langsung oleh kepemimpinan guru/wali kelas,
kedudukannya sebagai pemimpin formal yakni sebagai orang yang ditunjuk memimpin
manajemen/pegelolaan kelas sekalipun tidak dengan surat keputusan.. Oleh karena
itu dalam aktivitas sebagai pemimpin kelas, seorang guru/ wali kelas akan lebih
berfungsi manakala mampu mewujudkan kepemimpinan informal.
3. Disiplin Kelas
Disiplin juga merupakan bagian terpenting dalam dinamika kelas. Disiplin kelas
diartikan sebagai usaha mencegah terjadinya pelanggaran-pelanggaran terhadap
ketentuan yang telah disepakati bersama dalam melaksanakan kegiatan kelas, agar
pemberian hukuman dapat dihindari.
Dengan demikian dapat disampaikan bahwa disiplin yang berdaya guna untuk
menumbuhkan dinamika kelas bukanlah disiplin yang kaku dan statis, bukanlah disiplin
sekedar pemberian hukuman atau paksaan agar guru dan murid melaksanakan tata
tertib kelas yang ditetapkan. Namun yang dimaksud disiplin adalah usaha untuk
membina secara terus menerus kesadaran dalam bekerja atau belajar dengan baik,
dalam artian setiap orang menjalankan fungsinya secara efektif dan efisien.
Seirama dengan penguraian di atas, disiplin kelas juga dapat dipahami sebagai
suasana tertib dan teratur, namun penuh dengan dinamika dalam melaksanakan
program kelas terutama dalam mewujudkan Proses Belajar Mengajar (PBM). Kondisi
seperti itu hanya akan terwujud apabila masing-masing individu mengetahui
posisi dan fungsinya di dalam kelas dalam rangka melaksanakan berbagai kegiatan
.
Masalah:
1) perencanaan kelas yang kurang matang
2) penempatan duduk atau penempatan pengurus kelas yang tidak sesuai kapasitas
peserta didik
3) kontrol yang kurang maksimal, baik kinerja guru dikelas maupun kebijakan
yang dilaksanakan dalam kelas
4) tidak semua guru bisa menjadi pimpinan kelas yang baik
5) terjadi pelanggaran-pelanggaran peraturan dalam kelas
Dampak:
1) pelaksanaan kegiatan kelas tidak teratur
2) teyanrjadi hubungan yang tidak sehat dalam kelas
3) lembaga tidak mengetahui perkembangan yang terjadi dalam kelas
4) kelas yang gurunya tidak bisa memimpin dengan baik kelas akan gaduh dan
tidak kondusif
5) suasana kelas tidak kondusif dan mengganggu jalannya proses pembelajaran
g. Bidang Sarana dan Prasarana
Manajemen perawatan preventif sarana dan prasana sekolah merupakan tindakan
yang dilakukan secara periodik dan terencana untuk merawat fasilitas fisik,
seperti gedung, mebeler, dan peralatan sekolah lainnya, dengan tujuan untuk
meningkatkan kinerja, memperpanjang usia pakai, menurunkan biaya perbaikan dan
menetapkan biaya efektif perawatan sarana dan pra sarana sekolah. Dalam
manajemen ini perlu dibuat program perawatan preventif di sekolah dengan cara
pembentukan tim pelaksana, membuat daftar sarana dan pra saran, menyiapkan
jadwal kegiatan perawatan, menyiapkan lembar evaluasi untuk menilai hasil kerja
perawatan pada masing-masing bagian dan memberikan penghargaan bagi mereka yang
berhasil meningkatkan kinerja peralatan sekolah dalam rangka meningkatkan
kesadaran merawat sarana dan prasarana sekolah.
Sedangkan untuk pelaksanaannya dilakukan : pengarahan kepada tim pelaksana,
mengupayakan pemantauan bulanan ke lokasi tempat sarana dan prasarana,
menyebarluaskan informasi tentang program perawatan preventif untuk seluruh
warga sekolah, dan membuat program lomba perawatan terhadap sarana dan
fasilitas sekolah untuk memotivasi warga sekolah.
Masalah :
1) Sebaran sarana pendidikan masih kurang merata.
2) Banyak sekolah yang belum lengkap sarana pendidikannya.
3) Sarana penunjang pendidikan banyak yang rusak dan jumlahnya tidak mencukupi.
4) Perawatan yang dilakukan terhadap sarana pendidikan tidak optimal.
5) Biaya perawatan dan pemeliharaan sarana sekolah sangat kecil sehingga tidak
menunjang upaya peningkatan mutu dan relevansi.
6) Pelaksanaan manajemen penggunaan sarana pendidikan masih belum sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
Dampak:
1) tidak semua madrasah memiliki sarana yang memadai
2) proses pembelajaran tidak berjalan maksimal
3) terganggunya pelaksanaan pemdidikan
4) sarana dan prasarana akan cepat rusak
5) lembaga tidak bisa merawat sarana yang ada dengan lebih baik
6) penggunaan sarana pendidikan tidak teratur
h. Bidang Hubungan Sekolah dengan Masyarakat (HUMAS)
Manajemen Hubungan Sekolah dengan Masyarakat merupakan seluruh proses kegiatan
yang direncanakan dan diusahakan secara sengaja dan bersungguh-sungguh serta
pembinaan secara kontinu untuk mendapatkan simpati dari masyarakat pada umumnya
serta publiknya, pada khususnya, sehingga kegiatan operasional sekolah/
pendidikan semakin efektif dan efisien, demi membantu tercapainya tujuan
pendidikan yang telah ditetapkan.
Sekolah merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan dengan masyarakat. Hubungan
serasi, terpadu serta timbal baliknya antara sekolah dan masyarakat harus
diciptakan dan dilaksanakan agar meningkatkan mutu pendidikan dan pembangunan
masyarakat dapat saling menunjang. Masyarakat dapat ikut bertanggung jawab
secara tidak langsung terhadap pelaksanaan pendidikan, sehingga hasil
pendidikan bermanfaat bagi masyarakat, diantaranya dalam mengisi kebutuhan
tenaga kerja .
Pendidikan Islam di Indonesia merupakan salah satu variasi dari pendidikan
Islam, tidak memiliki kesempatan yang luas untuk bersaing dalam membangun umat
yang besar ini. Terasa janggal dan lucu, dalam komunitas masyarakat muslim
terbesar, pendidikan Islam tidak mendapat kesempatan yang luas untuk bersaing
dalam membangun umat yang besar ini. Selain itu, paradigma birokrasi tentang
pendidikan Islam selama ini lebih didominasi pendekatan sektoral dan bukan
pendekatan fungsional, sebab pendidikan Islam tidak dianggap bagian dari sektor
pendidikan lantaran urusannya tidak di bawah Depdiknas .
Maka, perhatian pemerintah yang dicurahkan pada pendidikan Islam sangatlah
kecil porsinya, padahal masyarakat Indonesia selalu diharapkan agar tetap
berada dalam lingkaran masyarakat yang sosialistis religius. Dari sinilah
timbul pertanyaan, bagaimanakah kemampuan pendidikan Islam di Indonesia untuk
menata, mengatasi, dan menyelesaikan problem-problem yang dihadapi menuju
pendidikan bermutu dan unggul.
Langkah awal yang diperhatikan untuk melakukan penataan pendidikan Islam, harus
menganalisis dari aspek kekuatan, kelemahan, kesempatan, dan ancaman. Pertama,
pendidikan Islam [pesantren, madrasah, sekolah yang bercirikan Islam, dan
perguruan tinggi] lebih besar > 80 % dikelola oleh swasta. Dalam pengelolaannya
lebih percaya dan hormat pada ulama, percaya bahwa guru mengajarkan sesuatu
yang benar, panggilan agama, ibadah, ikhlas, murah, merakyat. Hal ini merupakan
kekuatan [strengt] dalam pengelolaan pendidikan Islam. Kedua, kelemahan
[weakness], bahwa pendidikan Islam posisinya lemah, tidak profesional hampir
disemua sektor dan komponennya, stress, terombang-ambing antara jati dirinya,
apakah ikut model sekolah umum atau antara ikut Diknas dan Depag. Belum ada
sistem yang mantap dalam pengembangan model pendidikan agama dan pendidikan
keagamaan. Ketiga, kesempatan [opportunities], bahwa dalam UU No.20 Th. 2003
memberi kesempatan atau momentum pengembangan pendidikan agama dan keagamaan.
Pendidikan Islam diakui sama dengan pendidikan yang lain. Keempat, ancaman
[treat], bahwa banyak lembaga pendidikan lain yang lebih tangguh dan
berkualitas, Ilmu dan teknologi yang berkembang sangat pesat belum terkejar
oleh pendidikan Islam, pendidikan Islam kehilangan jati dirinya, pendidikan
Islam selalu menjadi warga kelas dua, tercabut dari akar budaya komunitas
muslimnya. Dalam perspektif pendidikan, mungkin akan bertanya mampukah kita
menciptakan dan mengembangkan sistem pendidikan Islam yang menghasilkan
lulusan-lusan yang ”mampu memilih” tanpa kehilangan peluang dan jati dirinya?
Masalah: masih ada hubungan yang tidak erat antara lembaga pendidikan dengan
masyarakat sekitar
dampak: terjadi kesenjangan antara lembaga pendidikan dengan masyarakat dimana
lembaga tidak bisa menjadi partner masyarakat dalam berbenah diri.
Persoalan-persoalan yang Dihadapi Pesantren
Memang system yang ditampilkan dalam pondok pesantren mempunyai keunikan
dibandingkan dengan system yang diterapkan dalam pendidikan pada umumnya,
seperti: (masalah)
1. Memakai system tradisional yang mempunyai kebebasan penuh dibandingkan
dengan sekolah modern, sehingga terjadi hubungan dua arah antara santri dan
kiai
2. Kehidupan di pesantren menimbulkan semangat demokrasi karena mereka praktis
bekerja sama mengatasi problem nonkurikuler mereka
3. Para santri tidak mengidap penyakit “simbolik” yaitu perolehan gelar dan
ijazah karena sebagian besar pesantren tidak mengeluarkan ijazah, sedangkan
santri dengan ketulusan hatinya masuk pesantren tanpa adanya ijazah tersebut.
Hal ini karena tujuan utama mereka hanya ingin mencari keridhaan Allah swt
semata-mata.
4. System pondok pesantren mengutamakan kesederhanaan idealisme, persaudaraan,
persamaan, rasa percaya diri dan keberanian hidup
5. Alumni pondok pesantren tidak ingin menduduki jabatan pemerintah, sehingga
mereka hampir tidak dapat dikuasai oleh pemerintah.
Dalam perkembangannya sekarang, pondok pesantren mulai menampakkan
keberadaannya sebagai lembaga pendidikan islam yang mumpuni, di mana di
dalamnya juga didirikan sekolah, baik secara formal maupun nonformal. Bahkan
sekarang pesantren punya trend baru dalam rangka merenovasi terhadap system
yang selama ini dipergunakan, yakni: (solusi)
a. Mulai akrab dengan metodologi ilmiah modern.
b. Semakin berorientasi pada pendidikan dan fungsional artinya terbuka atas perkembangan
di luar dirinya.
c. Diversifikasi program dan kegiatan makin terbuka makin terbuka dan
ketergantungannya pun absolute dengan kiai, dan sekaligus dapat membekali para
santri dengan berbagai pengetahuan di luar mata pelajaran agama, maupun keterampilan
yang diperlukan di lapangan kerja.
d. Dapat berfungsi sebagai pusat pengembangan masyarakat.
Ditengah-tengah arus perubahan social budaya seperti yang terjadi akhir-akhir
ini, justru trend tersebut menjadi persoalan baru yang tampaknya memerlukan solusi
dan pemecahan, diantaranya: (masalah)
1) Masalah integrasi pondok pesantren ke dalam system pendidikan nasional:
integrasi kurikulum maupun kebijakan berbeda dengan pemerintah. Dampak
pesantren kurang mendapat perhatian dari perhatian.
2) Masalah pengembangan wawasan sosbud dan ekonomi: lulusan pesantren dalam
kurang menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman, dalam hal pekerjaan lebih
apa adanya. Dampak: menjadi golongan menegah ke bawah
3) Masalah pengalaman kekuatan dengan pihak-pihak lain untuk mencari tujuan
membentuk masyarakat ideal yang diinginkan: agak sulit untuk diajak maju.
Dampaknya: masyarakat agak terbelkang, cara berfikirnya masih tradisionalis.
4) Masalah berhubungan dengan keimanan dan keilmuan sepanjang yang dihayati
pondok pesantren.: hanya mementingkan ilmu akhirat, belum begitu berfikir ilmu
duniawi. Dampak: kurang bisa dalam masalah ilmu eksakta
Disamping kecenderungan-kecenderungan yang justru menimbulkan
permasalahan-permasalahan baru bagi pesantren, dilain pihak kini pesantren mengalami
transformasi atau perubahan kultur, system dan nilai, seperti: (solusi)
a. Perubahan system pengajaran dari perseorangan atau sorogan menjadi system
klasik atau yang lebih dikenal dengan sebutan madrasah
b. Diberikannya pengetahuan umum disamping masih mempertahankan pengetahuan
agama dan bahsa arab.
c. Bertambahnya komponen pendidikan pondok pesantren, missal: ketrampilan
sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan masyarakat sekitar.
d. Diberikannya ijazah bagi santri yang telah menyelesaikan studinya di
pesantren yang terkadang ijazah tersebut disesuaikan dengan ijazah negeri.
Maka dengan adanya “Dinamika Pesantren” Prof.Dr.Mastuhu mengemukakan beberapa
indicator pergeseran yang dialami oleh pesantren:
1. Kiai bukan lagi merupakan satu-satunya sumber belajar. Semakin tingginya
dinamika komunikasi antara system pendidikan pesantren dan system lain maka
santri dapat belajar dari banyak sumber.
2. Hampir pesantren menyelenggarakan jenis pendidikan formal yakni madrasah,
sekolah umum dan perguruan tinggi dan nonformal tradisional yang hanya
mempelajari kitab-kitab islam klasik yang sangat sedikit jumlahnya.
3. Santri kini membutuhkan ijazah dan penguasaan bidang keahlian atau
ketrampilan yang jelas guna untuk menguasai lapangan kehidupan atau lapangan
pekerjaan.
4. Terdapat kecenderungan santri semakin kuatuntuk mempelajari IPTEK pada
lembaga pendidikan formal, baik di madrasah maupun di sekolah umum.
5. Para santri dapat menerima kiriman uang dari orang tuanya atau keluarga
6. Secara resmi pesantren telah menjadi subsistem pendidikan nasional karena
adanya model madrasah yang memakai system kelas dan diajarkan ilmu pengetahuan
umum ke dalam pesantren.
Upaya pengembangan podok pesantren di masa yang akan datang:
Ada dua hal yang harus diperhatikan dalam pengembangan pondok pesantren yakni
dari segi eksternal dan internal:
a. Eksternal
1) Tetap menjaga citra pondok di mata masyarakat sesuai harapan masyarakat,
harapan orang tua yang memasuki anaknya ke pondok. Maka mutu keluaran pondok
harus mempunyai nilai tambah dari keluaran pendidikan lainnya yang sederajat.
2) Santri dalam pondok hendaknya dipersiapkan untuk mampu berkompetisi dalam
masyarakat.
3) Pondok harusnya terbuka terhadap setiap perkembangan dan temuan ilmiah dalam
masyarakat, termasuk dalam temuan baru agar para santri tidak gaptek dan tidak
ketinggalan zaman atau informasi dan tidak hanya tenggelam pada dunianya saja.
4) Pondok seharusnya dapat menjadi pusat studi (Lab.Agama) yang dapat membahas
perkembangan dalam masyarakat, guna kepentingan bangsa dan ummat islam
khususnya.
b. Internal
1) Kurikulum pondok pesantren
Masalah: bersifat dikotomi atau memisahkan antara pengetahuan agama dengan
pengetahuan umum
Solusi: adanya kurikulum yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan anak didik,
baik minat atau bakatnya karena penelusuran bakat dan minat mereka lebih mudah
dilakukan di pondok, karena umumnya santri tinggal di pondok.
2) Tenaga pengajar pada pondok pesantren
Tanpa mengurangi kiai dalam ponpes untuk pengembangan pondok di masa yang akan
datang maka perlu adanya:
a) Ulama’-ilmuwan-pendidik yang dapat mentransfer ilmunya kepada santri dengan
baik serta memiliki wawasan yang mantap.
b) Proses pembelajaran di pondok
Masalah: menggunakan system individual dimana kiai yang mengajarkan para santri
namun hal ini tidak bisa lagi dikembangkan karena jumlah santri yang mencapai
ribuan.
Solusi: Dikembangkan daya nalar, kritik dan kreativitas anak.Maksudnya dari
para santri sendiri mengajarkan atau mentransfer ilmu yang mereka miliki pada
junior santrinya, atau mungkin juga senior kiai atau biasanya di datangkan dari
ustadz luar. Di samping itu juga antara santri dan kiai harus saling
berinteraksi dalam proses pembelajaran misalkan adanya Tanya jawab
c) Sarana pendidikan di pondok
Masalah: kurang adanya sarana belajar seperti computer, perpustakaan sehingga
para santri harus keluar dari pondok untuk mengerjakan tugas atau membaca buku.
Solusi: disediakannya sarana belajar yang lengkap agar hasil yang dicapai lebih
baik daripda sebelumnya yang tidak memiliki sarana belajar yang lengkap.
d) Aktivitas kesantrian
Masalah: aktivitas santri dulu monoton hanya mengaji, sholat, tadarus membaca
kitab sehingga wawasan santri tidak begitu luas
Solusi: untuk memperluas wawasan santri maka selain sholat, mengajai dan lain
sebgaainya maka diperlukannya aktivitas yang lebih banyak misalkan meneliti
sesuatu yang ada di lingkungannya, berolah raga dan seni, berorganisasi dan
lain sebagainya. Agar santri dapat berkompetisi dengan masyarakat setelah
keluar pondok.
2. Solusi dalam mengatasi berbagai persoalan yang muncul dalam manajeman
kelembagaan pendidikan islam
a. Manajemen kurikulum
Solusi: perlu ada perimbangan [balancing] antara disiplin atau kajian-kajian
agama dengan pengembangan intelektualitas dalam program kurikulum pendidikan.
Sistem pendidikan Islam harus menganut integrated curriculum, artinya
perpaduan, koordinasi, harmonis, dan kebulatan materi-materi pendidikan dengan
ajaran Islam, dan bukan separated subject curriculum maunpun correlated
curriculum. Maka dengan konsep integrated curriculum, proses pendidikan akan
memberikan penyeimbangan antara kajian-kajian agama dengan kajian lain
[non-agama] dalam pendidikan Islam yang merupakan suatu keharusan, apabila
menginginkan pendidikan Islam kembali survive di tengah perubahan masyarakat.
b. Manajeman guru
1. Guru diikutkan dalam pelatihan-pelatihan
2. Guru jangan diberi beban tugas selan mengajar dan mendidik
3. Mengadakan pelatihan atau diklat untuk meningkatkan kompetensi guru
4. Mengadakan pelatihan metode pembelajaran
c. Manajemen kesiswaan
1. Mengubah peran siswa dari objek pembelajaran menjadi subjek pembelajaran
2. Tujuan pembelajaran darahkan untuk mengembangkan seluruh aspek baik koniitf,
afektif dan psikomotorik
3. Adakan kelompok belajar antara anak pandai dan kurang pandai agar ia bisa
belajar dari temannya
4. Adakan identifikasi bakat anak agar potensi yang dimiliki dapat dikembangkai
5. Membukukan dengan baik keadaan siswa
6. Pengadaan buku pribadi siswa
7. Mengadakan variasi evaluasi pembelajaran
8. Mengadakan bimbingan yang baik bagi siswa
d. Manajemen personal
1. Memilih kepala sekolah yang cakap dan berkompeten
2. Mencari guru yang benar-benar menguasai materi dan metode atau melakukan
pelatihan dan studi lanjut
3. Memperjelas hak dan kewajiban semua elemen dalam lembaga.
e. Manajemen keuangan
1. Mencari sumber dana lain dan tidak terlalu bergantung pada pemerintah
2. Memperaiki administrasi
3. Melakukan pembukuan terhadap keuangan pesantren salaf
4. Yayasan berusaha mengembangkan sumber pendanaan
5. Memperjelas dan tidak mencampur adukkan manajemen keuangan bagi yayasan yang
mempunyai banyak lembaga pendidikan
f. Manajemen kelas
1. Menyusun perencanaan kelas yang baik
2. Mengtur tempat duduk maupun pengurus kelas sesuai kapasitas dan kemampuan
anak
3. Memaksimalkan kontrol terhadap kinerja guru dikelas maupun aktivitas yang
terjadi di dalam kelas
4. Melatih kepemimpinan guru
5. Menertibkan peraturan dan memberi sanksi yang tegas bagi pelanggar peraturan
g. Manajemen sarana dan prasarana
1. Pemerintah atau yayasan menyediakan sarana dan prasarana secara merata
2. Melengkapi sarana dan prasarana sekolah
3. Memperbaiki atau mengganti sarana yang sudah rusak
4. Melakukan perawatan dengan baik dan berkesinambungan
5. Meningkatkan biaya perawatan sarana dan prasarana
6. Memanajemen penggunaan sarana sesuai aturan dan kebutuhan
h. Manajemen humas
Menjalin hubungan yang erat, strategis antara lembaga pendidikan dan masyarakat
BAB III
KESIMPULAN
Bahwasanya permasalahannya yang muncul dalam kelembagaan manajemen lembaga
pendidikan islam mencakup berbagai aspek yaitu:
a. Manajemen kurikulum
b. Manajemen guru
c. Manajemen kesiswaan
d. Manajemen kelas
e. Manajemen personalia
f. Manajemen sarana dan prasarana
g. Manajemen humas
h. Manajemen keuangan
Dimana beberapa aspek ini timbul berbagai masalah yang telah kami sebutkan
diatas dan dampaknya cukup signifikan menghambat keberhasilan pembelajaran
kemajuan dan perkembangan lembaga pendidikan islam, maka dari itu dibutuhkan
solusi yang real dan tepat untuk mengatasi masalah-masalah tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Sindemeysin. 2009. Manajemen Kesiswaan. Tersedia online
http://sindemeysin.blogspot.com/2009/05/masalah-di-manajemen-kesiswaan.html,
diakses tanggal 18 Mei 2011.
http://etd.eprints.ums.ac.id/4822/1/G000050006.pdf, diakses tanggal 19 Mei 2011
http://www.lkas.org/pendidikan/detail/26/manajemen_kelas_dalam_lembaga_pendidikan_islam.html,
diakses tanggal 19 mei 2011
http://cintapendidikan-siron.blogspot.com/2010/10/fungsi-fungsi-manajemen-sekolah.html
(diakses tanggal 13 mei 2011)
Abdul Aziz, Kompas, 18 Maret 2004
http://apiel.xtgem.com/files/2.%20Download%20pelaksanaan%20_1.htm, diakses
tanggal 19 Mei 2011