Irfad Faiq Abdillah. Diberdayakan oleh Blogger.

Selasa, 10 April 2012

Permasalahan Manajemen Dan Kelembagaan Serta Dampaknya Dalam Lembaga Pendidikan Islam


BAB I
PENDAHULUAN
Latar belakang
Pendidikan di Indonesia dikenal dengan dua sistem, yaitu pendidikan umum dan pendidikan Islam, dimana masing dibawah naungan Mendiknas dan Menag. Dua jenis lembaga pendidikan ini mendapat perlakuan yang tidak sama dari pemerintah. Pendidikan umum lebih mendapat perhatian daripada pendidikan yang berlabel Islam.
Lembaga pendidikan Islam yang notabene di bawah naungan departemen agama kebanyakan tidak didirikan oleh pemerintah sendiri. Melainkan didirikan pondok pesantren maupun perorangan yang kebanyakan berupa yayasan. Model pendidikan seperti ini kemudian dalam segala urusan biasanya dikuasai oleh pemegang yayasan bukan terpusat secara nasional oleh pemerintah. Sehingga setiap madrasah berbeda satu sama lain.
Sebagai sebuah lembaga pendidikan, madrasah atau universitas pendidikan Islam tentunya mempunyai berbagai kelebihan dan kekurangan, maupun permasalahan yang dihadapi olehnya. Permasalahan yang dihadapi lembaga pendidikan Islam biasanya sangat kompleks. Terlebih-lebih dalam hal manajemen dan kelembagaannya. Maka dari itu kami akan akan mengidentifikasi permasalahan manajemen dan kelembagaan yang muncul dalam lembaga pendidikan Islam dan berusaha memberikan solusi untuk kebaikan lembaga pendidikan Islam.
Rumusan Masalah
1. Apa saja permasalahan manajemen dan kelembagaan yang muncul dalam lembaga pendidikan Islam?
2. Bagaimana dampak munculnya permasalahan tersebut?
3. Bagaimana solusi untuk memperbaiki permasalahan yang muncul dalam lembaga pendidikan Islam tersebut?
Tujuan
1. Mengetahui permasalahan manajemen dan kelembagaan yang muncul dalam lembaga pendidikan Islam
2. Mengetahui dampak munculnya permasalahan tersebut
3. Mengetahui solusi untuk memperbaiki permasalahan yang muncul dalam lembaga pendidikan Islam.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Permasalahan Manajemen Dan Kelembagaan Serta Dampaknya Dalam Lembaga Pendidikan Islam
a. Manajemen kurikulum
Manajemen kurikulum merupakan subtansi manajemen yang utama di sekolah. Prinsip dasar manajemen kurikulum ini adalah berusaha agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik, dengan tolok ukur pencapaian tujuan oleh siswa dan mendorong guru untuk menyusun dan terus menerus menyempurnakan strategi pembelajarannya. Tahapan manajemen kurikulum di sekolah dilakukan melalui empat tahap :
1. perencanaan
2. pengorganisasian dan koordinasi
3. pelaksanaan
4. pengendalian.
Dalam konteks Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Tita Lestari (2006) mengemukakan tentang siklus manajemen kurikulum yang terdiri dari empat tahap :
1. Tahap perencanaan; meliputi langkah-langkah sebagai :
a) analisis kebutuhan
b) merumuskan dan menjawab pertanyaan filosofis
c) menentukan disain kurikulum dan
d) membuat rencana induk (master plan): pengembangan, pelaksanaan, dan penilaian.
2. Tahap pengembangan, meliputi langkah-langkah :
a) perumusan rasional atau dasar pemikiran
b) perumusan visi, misi, dan tujuan
c) penentuan struktur dan isi program
d) pemilihan dan pengorganisasian materi
e) pengorganisasian kegiatan pembelajaran
f) pemilihan sumber, alat, dan sarana belajar dan
g) penentuan cara mengukur hasil belajar.
3. Tahap implementasi atau pelaksanaan, meliputi langkah-langkah:
a) penyusunan rencana dan program pembelajaran (Silabus, RPP: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)
b) penjabaran materi (kedalaman dan keluasan)
c) penentuan strategi dan metode pembelajaran
d) penyediaan sumber, alat, dan sarana pembelajaran penentuan cara dan alat penilaian proses dan hasil belajar setting lingkungan pembelajaran
4. Tahap penilaian, terutama dilakukan untuk melihat sejauhmana kekuatan dan kelemahan dari kurikulum yang dikembangkan, baik bentuk penilaian formatif maupun sumatif. Penilailain kurikulum dapat mencakup Konteks, input, proses, produk (CIPP) : Penilaian konteks: memfokuskan pada pendekatan sistem dan tujuan, kondisi aktual, masalah-masalah dan peluang. Penilaian Input: memfokuskan pada kemampuan sistem, strategi pencapaian tujuan, implementasi design dan cost benefit dari rancangan. Penilaian proses memiliki fokus yaitu pada penyediaan informasi untuk pembuatan keputusan dalam melaksanakan program. Penilaian product berfokus pada mengukur pencapaian proses dan pada akhir program (identik dengan evaluasi sumatif).
Problem kurikulum: masih ada dikotomi kurikulum (pemisahan ilmu agama dan ilmu umum). Dampak: dalam pengajaran masih dipisah antara ilmu agama dan ilmu umum.
b. Manajemen Guru
Masalah:
1) guru kurang profesional dalam mengajar
2) guru mendapat tugas lain selain mengajar dan mendidik
3) guru kurang memenuhi kompetensi yang telah ditetapkan
4) kreatifitas guru kurang
Dampak:
1) asal-asalan dalam mengajar dan tidak disiplin
2) guru tidak fokus pada tugas dan kewajiban mengajar karena mendapat beban lain
3) tidak bisa menjalankan tugas secara maksimal tidak berkembang dan tidak mempunyai inovasi
4) monoton dalam pembelajaran
c. Bidang Kesiswaan
Dalam Depdikbud disebutkan dalam manajemen kesiswaan terdapat empat prinsip dasar, yaitu : (a) siswa harus diperlakukan sebagai subyek dan bukan obyek, sehingga harus didorong untuk berperan serta dalam setiap perencanaan dan pengambilan keputusan yang terkait dengan kegiatan mereka; (b) kondisi siswa sangat beragam, ditinjau dari kondisi fisik, kemampuan intelektual, sosial ekonomi, minat dan seterusnya. Oleh karena itu diperlukan wahana kegiatan yang beragam, sehingga setiap siswa memiliki wahana untuk berkembang secara optimal; (c) siswa hanya termotivasi belajar, jika mereka menyenangi apa yang diajarkan; dan (d) pengembangan potensi siswa tidak hanya menyangkut ranah kognitif, tetapi juga ranah afektif, dan psikomotor .
Ada tiga masalah utama yang perlu mendapat perhatian dalam bidang kesiswaan yaitu :
- Masalah penerimaan siswa baru
- Masalah kemajuan belajar dan evaluasi belajar
- Masalah bimbingan
Untuk masalah yang pertama setiap tahun dibentuk panitia penerimaan siswa baru. Panitia ini diserahi tugas untuk mengManajemenkan dan mengorganisasikan seluruh kegiatan penerimaan siswa baru. Pimpinan sekolah harus mampu memberi pedoman yang jelas kepada panitia agar penerimaan siswa baru ini berjalan dengan lancar.
Di samping itu sekolah mempunyai tanggung jawab yang besar terhadap usaha mengembangkan kemajuan belajar siswa-siswanya. Kemajuan belajar ini secara periodik harus dilaporkan terutama kepada orang tua siswa. Ini semua merupakan tanggungjawab pimpinan sekolah. Oleh karena itu pimpinan harus tahu benar-benar kemajuan belajar anak-anak di sekolahnya, ia harus mengenal anak-anak beserta latar belakang masalahnya.
Laporan hasil kemajuan belajar hendaknya tidak dianggap sebagai kegiatan rutin saja, tetapi mempunyai maksud agar orang tua siswa juga ikut berpartisipasi secara aktif dalam membina belajar anak-anaknya.
Masalah yang juga erat hubungannya dengan kemajuan belajar ini ialah masalah bimbingan. Tugas sekolah bukan hanya sekedar memberi pengetahuan dan ketrampilan saja, tetapi sekolah harus mendidik anak-anak menjadi manusia seutuhnya. Oleh karena itu tugas sekolah bukan saja memberikan pelbagai ilmu pengetahuan tetapi juga membimbing anak-anak menuju ke arah kedewasaan. Dalam rangka ini maka tugas pimpinan sekolah ialah menyelenggarakan kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah. Dengan kegiatan bimbingan ini maka anak-anak akan ditolong untuk mampu mengenal dirinya, kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahannya. Anak-anak akan ditolong agar mampu mengatasi masalah-masalahnya yang dapat mengganggu kegiatan belajarnya. Dengan demikian diharapkan anak-anak akan dapat bertumbuh secara sehat baik jasmani dan rohaninya serta dapat merealisasikan kemampuannya secara maksimal.
Manajemen yang berhubungan dengan kesiswaan antara lain :
- Statistik presensi siswa
- Buku laporan keadaan siswa
- Buku induk
- Klapper
- Buku daftar kelas
- Buku laporan pendidikan (raport) catatan pribadi
- Daftar presensi, dsb.
Manajemen kesiswaan. Perencanaan, meliputi pendataan anak usia pra sekolah, perencanaan daya tampung, perencanaan penerimaan dan penerimaan siswa baru. Pengorganisasian, berupa pengelompokan siswa berdaarkan pola tertentu. Penggerakan, meliputi pembinaan disiplin belajar siswa, pencatatan kehadiran siswa, pengaturan perpindahan siswa, dan pengaturan kelulusan siswa. Pengawasan, berupa pemantauan siswa dan penilaian siswa .
Permasalahan:
1) walaupun sudah KTSP dalam proses pembelajaran siswa masih kebanyakan masih sebagai objek pembelajaran terutama alam kelas
2) Masih banyak kita temukan fakta-fakta di lapangan sistem pengelolaan anak didik yang masih mengunakan cara-cara konvensional dan lebih menekankan pengembangan kecerdasan dalam arti yang sempit dan tentunya kurang mmberi perhatian kepada pengembangan bakat kreatif peserta didik.
3) Masih adanya diskriminasi antara anak pandai dan bodoh
4) Masih adanya pemikiran bahwa semua anak yang masuk ke sekolah mempunyai potensi sama
5) Buku laporan keadaan siswa belum tertata dengan rapi
6) Belum adanya buku laporan keadaan pribadi siswa
7) Kemajuan belajar dan evaluasi kurang diperhatikan dan variatif
8)Belum adanya bimbingan yang memadai bagi siswa
Dampak:
1) pembelajaran bersifat pasif
2) pembelajaran monoton
3) ada kecemburuan sosial dalam kelas
4) tidak ada bimbingan secara khusus bagi siswa yang mempunyai bakat tertentu
5) pihak sekolah kesulitan mengetahui perkembangan keadaan siswa
6) pihak sekolah tidak bisa mengetahui kondisi psikologis setiap siswa
7) kemajuan belajar bersifat stagnan dan monoton dalam evaluiasi
8)belum adanya bantuan bagi siswa yang mempunyai keluhan atau masalah
d. Bidang Personalia
Terdapat empat prinsip dasar manajemen personalia yaitu: (a) dalam mengembangkan sekolah, sumber daya manusia adalah komponen paling berharga; (b) sumber daya manusia akan berperan secara optimal jika dikelola dengan baik, sehingga mendukung tujuan institusional; (c) kultur dan suasana organisasi di sekolah, serta perilaku manajerial sekolah sangat berpengaruh terhadap pencapaian tujuan pengembangan sekolah; dan (d) manajemen personalia di sekolah pada prinsipnya mengupayakan agar setiap warga dapat bekerja sama dan saling mendukung untuk mencapai tujuan sekolah. Disamping faktor ketersediaan sumber daya manusia, hal yang amat penting dalam manajamen personalia adalah berkenaan penguasaan kompetensi dari para personil di sekolah. Oleh karena itu, upaya pengembangan kompetensi dari setiap personil sekolah menjadi mutlak diperlukan.
Permasalahan:
1) Masih ada kepala madrasah yang belum cakap dalam memimpin madrasah
2) Masih ada guru yang tidak menguasai materi dan metode pada bidangnya
3) Masih adanya benturan antara personil madrasah terkait hak dan kewajibannya
Dampak:
1) Sistem yang berjalan di madrasah tidak baik
2) Pembelajaran kurang maksimal
3) Terjadi maslah antar personal madrasah
e. Bidang Keuangan
Manajemen keuangan di sekolah terutama berkenaan dengan kiat sekolah dalam menggali dana, kiat sekolah dalam mengelola dana, pengelolaan keuangan dikaitkan dengan program tahunan sekolah, cara mengadministrasikan dana sekolah, dan cara melakukan pengawasan, pengendalian serta pemeriksaan. Inti dari manajemen keuangan adalah pencapaian efisiensi dan efektivitas. Oleh karena itu, disamping mengupayakan ketersediaan dana yang memadai untuk kebutuhan pembangunan maupun kegiatan rutin operasional di sekolah, juga perlu diperhatikan faktor akuntabilitas dan transparansi setiap penggunaan keuangan baik yang bersumber pemerintah, masyarakat dan sumber-sumber lainnya.
Masalah:
1) kesulitan mendapatkan suntikan dana dari pemerintah
2) pengelolaan tidak teradministrasi dengan baik
3) bagi pesantren salaf belum ada pembukuan yang baik
4) sumber pendanaan lebih tergantung pada donatur ataupun harta pemilik yayasan
5) terjadi ketidakjelasan keuangan bagi lembaga yang mempunyai banyak struktur (ketua yayasan, direktur, kepala sekolah), satu yayasan mempunyai banyak lembaga.
dampak:
1) lembaga tidak bisa cepat berkembang
2) tidak ada kejelasan dalam pertanggung jawaban keuangan
3) tidak bisa meneliti darimana dan bagaimana penggunaan dana
4) jika donatur tidak ada dan harta pemilik yayasan kurang maka lembaga pendidikan akan kesulitan dana
5) sirkulasi dan regulasi keuangan tidak jelas/campur aduk
f. Manajemen Kelas
Dinamika kelas pada dasarnya adalah kondisi kelas yang diliputi dorongan untuk aktif secara terarah yang dikembangkan melalui kreatifitas dan inisiatif murid sebagai suatu kelompok. Dinamika kelas dipengaruhi oleh cara guru kelas menerapkan administrasi pendidikan dan kepemimpinan pendidikan serta menggunakan pendekatan Manajemen/pengelolaan kelas. Penerapan kegiatan tersebut antara lain, sebagai berikut:
1. Kegiatan Administratif Manajemen
Kelas pada dasarnya merupakan unit kerja yang di dalamya bekerja sejumlah orang untuk mencapai suatu tujuan. Olehnya itu, pegelolaan kelas memerlukan tindakan-tindakan berupa perencanaan, pengorganisasian, koordinasi dan kontrol sebagai langkah-langkah kegiatan manajemen administratif.
a) Perencanaan kelas
Sebagai program umum kurikulum harus diterjemahkan menjadi program-program kongkrit dan menghubungkannya dengan waktu yang ada, berupa program tahunan, semester/cawu, bulanan, mingguan dan bahkan pada program harian. Selain perencanaan berdasarkan kurikulum, sebuah kelas perlu menyusun program penunjang berupa kegiatan ekstra kelas seperti kepramukaan, olah raga, kesenian, pelajaran tambahan dan lain-lain.
b) Pengorganisasian kelas
Aspek yang paling penting dalam pegorganisasian ini adalah usaha utuk menempatkan personal yang tepat pada tempatnya (proporsional) dengan memperhatikan ability-nya, tingkat pendidikannya, masa kerjanya dan sebagainya. Olehnya itu, harus diupayakan agar setiap personal kelas termasuk para siswa untuk mengetahui posisinya masing-masing dalam struktur organisasi kelas yang disusun berdasarkan pembagian tugas.
c) Koordinasi kelas.
Koordinasi kelas diwujudkan dengan menciptakan kerja sama yang didasari oleh saling pengertian akan tugas dan peranan masing-masing. Maka koordinasi yang efektif memungkinkan setiap personal menyampaikan saran dan pendapat, baik dalam bidang kerjanya maupun bidang kerja patnernya terutama yang berhubungan dengan bidang tugas yang menjadi tanggung jawab yang bersangkutan. Dengan koordinasi yang efektif tidak akan terjadi (meminimalisir) tabrakan atau kesimpangsiuran dalam penggunaan waktu dan fasilitas kelas.
d) Kontrol kelas
Selama dan setelah program kegiatan kelas dilaksanakan, maka perlu kegiatan kontrol dari guru/wali kelas, dimana kontrol tersebut harus mengacu kepada program yang disusun dengan maksud untuk menilai sampai dimana tujuan telah dicapai dan apa yang menjadi hambatannya (jika ada), atau dengan kata lain kegiatan kontrol kelas dilakukan untuk mengetahui kebaikan-kebaikan yang diraih dan kekurangan-kekurangannya.
2. Kepemimpinan Guru/Wali Kelas
Dinamika kelas dipengaruhi secara langsung oleh kepemimpinan guru/wali kelas, kedudukannya sebagai pemimpin formal yakni sebagai orang yang ditunjuk memimpin manajemen/pegelolaan kelas sekalipun tidak dengan surat keputusan.. Oleh karena itu dalam aktivitas sebagai pemimpin kelas, seorang guru/ wali kelas akan lebih berfungsi manakala mampu mewujudkan kepemimpinan informal.
3. Disiplin Kelas
Disiplin juga merupakan bagian terpenting dalam dinamika kelas. Disiplin kelas diartikan sebagai usaha mencegah terjadinya pelanggaran-pelanggaran terhadap ketentuan yang telah disepakati bersama dalam melaksanakan kegiatan kelas, agar pemberian hukuman dapat dihindari.
Dengan demikian dapat disampaikan bahwa disiplin yang berdaya guna untuk menumbuhkan dinamika kelas bukanlah disiplin yang kaku dan statis, bukanlah disiplin sekedar pemberian hukuman atau paksaan agar guru dan murid melaksanakan tata tertib kelas yang ditetapkan. Namun yang dimaksud disiplin adalah usaha untuk membina secara terus menerus kesadaran dalam bekerja atau belajar dengan baik, dalam artian setiap orang menjalankan fungsinya secara efektif dan efisien.
Seirama dengan penguraian di atas, disiplin kelas juga dapat dipahami sebagai suasana tertib dan teratur, namun penuh dengan dinamika dalam melaksanakan program kelas terutama dalam mewujudkan Proses Belajar Mengajar (PBM). Kondisi seperti itu hanya akan terwujud apabila masing-masing individu mengetahui posisi dan fungsinya di dalam kelas dalam rangka melaksanakan berbagai kegiatan .
Masalah:
1) perencanaan kelas yang kurang matang
2) penempatan duduk atau penempatan pengurus kelas yang tidak sesuai kapasitas peserta didik
3) kontrol yang kurang maksimal, baik kinerja guru dikelas maupun kebijakan yang dilaksanakan dalam kelas
4) tidak semua guru bisa menjadi pimpinan kelas yang baik
5) terjadi pelanggaran-pelanggaran peraturan dalam kelas
Dampak:
1) pelaksanaan kegiatan kelas tidak teratur
2) teyanrjadi hubungan yang tidak sehat dalam kelas
3) lembaga tidak mengetahui perkembangan yang terjadi dalam kelas
4) kelas yang gurunya tidak bisa memimpin dengan baik kelas akan gaduh dan tidak kondusif
5) suasana kelas tidak kondusif dan mengganggu jalannya proses pembelajaran
g. Bidang Sarana dan Prasarana
Manajemen perawatan preventif sarana dan prasana sekolah merupakan tindakan yang dilakukan secara periodik dan terencana untuk merawat fasilitas fisik, seperti gedung, mebeler, dan peralatan sekolah lainnya, dengan tujuan untuk meningkatkan kinerja, memperpanjang usia pakai, menurunkan biaya perbaikan dan menetapkan biaya efektif perawatan sarana dan pra sarana sekolah. Dalam manajemen ini perlu dibuat program perawatan preventif di sekolah dengan cara pembentukan tim pelaksana, membuat daftar sarana dan pra saran, menyiapkan jadwal kegiatan perawatan, menyiapkan lembar evaluasi untuk menilai hasil kerja perawatan pada masing-masing bagian dan memberikan penghargaan bagi mereka yang berhasil meningkatkan kinerja peralatan sekolah dalam rangka meningkatkan kesadaran merawat sarana dan prasarana sekolah.
Sedangkan untuk pelaksanaannya dilakukan : pengarahan kepada tim pelaksana, mengupayakan pemantauan bulanan ke lokasi tempat sarana dan prasarana, menyebarluaskan informasi tentang program perawatan preventif untuk seluruh warga sekolah, dan membuat program lomba perawatan terhadap sarana dan fasilitas sekolah untuk memotivasi warga sekolah.
Masalah :
1) Sebaran sarana pendidikan masih kurang merata.
2) Banyak sekolah yang belum lengkap sarana pendidikannya.
3) Sarana penunjang pendidikan banyak yang rusak dan jumlahnya tidak mencukupi.
4) Perawatan yang dilakukan terhadap sarana pendidikan tidak optimal.
5) Biaya perawatan dan pemeliharaan sarana sekolah sangat kecil sehingga tidak menunjang upaya peningkatan mutu dan relevansi.
6) Pelaksanaan manajemen penggunaan sarana pendidikan masih belum sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Dampak:
1) tidak semua madrasah memiliki sarana yang memadai
2) proses pembelajaran tidak berjalan maksimal
3) terganggunya pelaksanaan pemdidikan
4) sarana dan prasarana akan cepat rusak
5) lembaga tidak bisa merawat sarana yang ada dengan lebih baik
6) penggunaan sarana pendidikan tidak teratur
h. Bidang Hubungan Sekolah dengan Masyarakat (HUMAS)
Manajemen Hubungan Sekolah dengan Masyarakat merupakan seluruh proses kegiatan yang direncanakan dan diusahakan secara sengaja dan bersungguh-sungguh serta pembinaan secara kontinu untuk mendapatkan simpati dari masyarakat pada umumnya serta publiknya, pada khususnya, sehingga kegiatan operasional sekolah/ pendidikan semakin efektif dan efisien, demi membantu tercapainya tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.
Sekolah merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan dengan masyarakat. Hubungan serasi, terpadu serta timbal baliknya antara sekolah dan masyarakat harus diciptakan dan dilaksanakan agar meningkatkan mutu pendidikan dan pembangunan masyarakat dapat saling menunjang. Masyarakat dapat ikut bertanggung jawab secara tidak langsung terhadap pelaksanaan pendidikan, sehingga hasil pendidikan bermanfaat bagi masyarakat, diantaranya dalam mengisi kebutuhan tenaga kerja .
Pendidikan Islam di Indonesia merupakan salah satu variasi dari pendidikan Islam, tidak memiliki kesempatan yang luas untuk bersaing dalam membangun umat yang besar ini. Terasa janggal dan lucu, dalam komunitas masyarakat muslim terbesar, pendidikan Islam tidak mendapat kesempatan yang luas untuk bersaing dalam membangun umat yang besar ini. Selain itu, paradigma birokrasi tentang pendidikan Islam selama ini lebih didominasi pendekatan sektoral dan bukan pendekatan fungsional, sebab pendidikan Islam tidak dianggap bagian dari sektor pendidikan lantaran urusannya tidak di bawah Depdiknas .
Maka, perhatian pemerintah yang dicurahkan pada pendidikan Islam sangatlah kecil porsinya, padahal masyarakat Indonesia selalu diharapkan agar tetap berada dalam lingkaran masyarakat yang sosialistis religius. Dari sinilah timbul pertanyaan, bagaimanakah kemampuan pendidikan Islam di Indonesia untuk menata, mengatasi, dan menyelesaikan problem-problem yang dihadapi menuju pendidikan bermutu dan unggul.
Langkah awal yang diperhatikan untuk melakukan penataan pendidikan Islam, harus menganalisis dari aspek kekuatan, kelemahan, kesempatan, dan ancaman. Pertama, pendidikan Islam [pesantren, madrasah, sekolah yang bercirikan Islam, dan perguruan tinggi] lebih besar > 80 % dikelola oleh swasta. Dalam pengelolaannya lebih percaya dan hormat pada ulama, percaya bahwa guru mengajarkan sesuatu yang benar, panggilan agama, ibadah, ikhlas, murah, merakyat. Hal ini merupakan kekuatan [strengt] dalam pengelolaan pendidikan Islam. Kedua, kelemahan [weakness], bahwa pendidikan Islam posisinya lemah, tidak profesional hampir disemua sektor dan komponennya, stress, terombang-ambing antara jati dirinya, apakah ikut model sekolah umum atau antara ikut Diknas dan Depag. Belum ada sistem yang mantap dalam pengembangan model pendidikan agama dan pendidikan keagamaan. Ketiga, kesempatan [opportunities], bahwa dalam UU No.20 Th. 2003 memberi kesempatan atau momentum pengembangan pendidikan agama dan keagamaan. Pendidikan Islam diakui sama dengan pendidikan yang lain. Keempat, ancaman [treat], bahwa banyak lembaga pendidikan lain yang lebih tangguh dan berkualitas, Ilmu dan teknologi yang berkembang sangat pesat belum terkejar oleh pendidikan Islam, pendidikan Islam kehilangan jati dirinya, pendidikan Islam selalu menjadi warga kelas dua, tercabut dari akar budaya komunitas muslimnya. Dalam perspektif pendidikan, mungkin akan bertanya mampukah kita menciptakan dan mengembangkan sistem pendidikan Islam yang menghasilkan lulusan-lusan yang ”mampu memilih” tanpa kehilangan peluang dan jati dirinya?
Masalah: masih ada hubungan yang tidak erat antara lembaga pendidikan dengan masyarakat sekitar
dampak: terjadi kesenjangan antara lembaga pendidikan dengan masyarakat dimana lembaga tidak bisa menjadi partner masyarakat dalam berbenah diri.
Persoalan-persoalan yang Dihadapi Pesantren
Memang system yang ditampilkan dalam pondok pesantren mempunyai keunikan dibandingkan dengan system yang diterapkan dalam pendidikan pada umumnya, seperti: (masalah)
1. Memakai system tradisional yang mempunyai kebebasan penuh dibandingkan dengan sekolah modern, sehingga terjadi hubungan dua arah antara santri dan kiai
2. Kehidupan di pesantren menimbulkan semangat demokrasi karena mereka praktis bekerja sama mengatasi problem nonkurikuler mereka
3. Para santri tidak mengidap penyakit “simbolik” yaitu perolehan gelar dan ijazah karena sebagian besar pesantren tidak mengeluarkan ijazah, sedangkan santri dengan ketulusan hatinya masuk pesantren tanpa adanya ijazah tersebut. Hal ini karena tujuan utama mereka hanya ingin mencari keridhaan Allah swt semata-mata.
4. System pondok pesantren mengutamakan kesederhanaan idealisme, persaudaraan, persamaan, rasa percaya diri dan keberanian hidup
5. Alumni pondok pesantren tidak ingin menduduki jabatan pemerintah, sehingga mereka hampir tidak dapat dikuasai oleh pemerintah.
Dalam perkembangannya sekarang, pondok pesantren mulai menampakkan keberadaannya sebagai lembaga pendidikan islam yang mumpuni, di mana di dalamnya juga didirikan sekolah, baik secara formal maupun nonformal. Bahkan sekarang pesantren punya trend baru dalam rangka merenovasi terhadap system yang selama ini dipergunakan, yakni: (solusi)
a. Mulai akrab dengan metodologi ilmiah modern.
b. Semakin berorientasi pada pendidikan dan fungsional artinya terbuka atas perkembangan di luar dirinya.
c. Diversifikasi program dan kegiatan makin terbuka makin terbuka dan ketergantungannya pun absolute dengan kiai, dan sekaligus dapat membekali para santri dengan berbagai pengetahuan di luar mata pelajaran agama, maupun keterampilan yang diperlukan di lapangan kerja.
d. Dapat berfungsi sebagai pusat pengembangan masyarakat.
Ditengah-tengah arus perubahan social budaya seperti yang terjadi akhir-akhir ini, justru trend tersebut menjadi persoalan baru yang tampaknya memerlukan solusi dan pemecahan, diantaranya: (masalah)
1) Masalah integrasi pondok pesantren ke dalam system pendidikan nasional: integrasi kurikulum maupun kebijakan berbeda dengan pemerintah. Dampak pesantren kurang mendapat perhatian dari perhatian.
2) Masalah pengembangan wawasan sosbud dan ekonomi: lulusan pesantren dalam kurang menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman, dalam hal pekerjaan lebih apa adanya. Dampak: menjadi golongan menegah ke bawah
3) Masalah pengalaman kekuatan dengan pihak-pihak lain untuk mencari tujuan membentuk masyarakat ideal yang diinginkan: agak sulit untuk diajak maju. Dampaknya: masyarakat agak terbelkang, cara berfikirnya masih tradisionalis.
4) Masalah berhubungan dengan keimanan dan keilmuan sepanjang yang dihayati pondok pesantren.: hanya mementingkan ilmu akhirat, belum begitu berfikir ilmu duniawi. Dampak: kurang bisa dalam masalah ilmu eksakta
Disamping kecenderungan-kecenderungan yang justru menimbulkan permasalahan-permasalahan baru bagi pesantren, dilain pihak kini pesantren mengalami transformasi atau perubahan kultur, system dan nilai, seperti: (solusi)
a. Perubahan system pengajaran dari perseorangan atau sorogan menjadi system klasik atau yang lebih dikenal dengan sebutan madrasah
b. Diberikannya pengetahuan umum disamping masih mempertahankan pengetahuan agama dan bahsa arab.
c. Bertambahnya komponen pendidikan pondok pesantren, missal: ketrampilan sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan masyarakat sekitar.
d. Diberikannya ijazah bagi santri yang telah menyelesaikan studinya di pesantren yang terkadang ijazah tersebut disesuaikan dengan ijazah negeri.
Maka dengan adanya “Dinamika Pesantren” Prof.Dr.Mastuhu mengemukakan beberapa indicator pergeseran yang dialami oleh pesantren:
1. Kiai bukan lagi merupakan satu-satunya sumber belajar. Semakin tingginya dinamika komunikasi antara system pendidikan pesantren dan system lain maka santri dapat belajar dari banyak sumber.
2. Hampir pesantren menyelenggarakan jenis pendidikan formal yakni madrasah, sekolah umum dan perguruan tinggi dan nonformal tradisional yang hanya mempelajari kitab-kitab islam klasik yang sangat sedikit jumlahnya.
3. Santri kini membutuhkan ijazah dan penguasaan bidang keahlian atau ketrampilan yang jelas guna untuk menguasai lapangan kehidupan atau lapangan pekerjaan.
4. Terdapat kecenderungan santri semakin kuatuntuk mempelajari IPTEK pada lembaga pendidikan formal, baik di madrasah maupun di sekolah umum.
5. Para santri dapat menerima kiriman uang dari orang tuanya atau keluarga
6. Secara resmi pesantren telah menjadi subsistem pendidikan nasional karena adanya model madrasah yang memakai system kelas dan diajarkan ilmu pengetahuan umum ke dalam pesantren.
Upaya pengembangan podok pesantren di masa yang akan datang:
Ada dua hal yang harus diperhatikan dalam pengembangan pondok pesantren yakni dari segi eksternal dan internal:
a. Eksternal
1) Tetap menjaga citra pondok di mata masyarakat sesuai harapan masyarakat, harapan orang tua yang memasuki anaknya ke pondok. Maka mutu keluaran pondok harus mempunyai nilai tambah dari keluaran pendidikan lainnya yang sederajat.
2) Santri dalam pondok hendaknya dipersiapkan untuk mampu berkompetisi dalam masyarakat.
3) Pondok harusnya terbuka terhadap setiap perkembangan dan temuan ilmiah dalam masyarakat, termasuk dalam temuan baru agar para santri tidak gaptek dan tidak ketinggalan zaman atau informasi dan tidak hanya tenggelam pada dunianya saja.
4) Pondok seharusnya dapat menjadi pusat studi (Lab.Agama) yang dapat membahas perkembangan dalam masyarakat, guna kepentingan bangsa dan ummat islam khususnya.
b. Internal
1) Kurikulum pondok pesantren
Masalah: bersifat dikotomi atau memisahkan antara pengetahuan agama dengan pengetahuan umum
Solusi: adanya kurikulum yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan anak didik, baik minat atau bakatnya karena penelusuran bakat dan minat mereka lebih mudah dilakukan di pondok, karena umumnya santri tinggal di pondok.
2) Tenaga pengajar pada pondok pesantren
Tanpa mengurangi kiai dalam ponpes untuk pengembangan pondok di masa yang akan datang maka perlu adanya:
a) Ulama’-ilmuwan-pendidik yang dapat mentransfer ilmunya kepada santri dengan baik serta memiliki wawasan yang mantap.
b) Proses pembelajaran di pondok
Masalah: menggunakan system individual dimana kiai yang mengajarkan para santri namun hal ini tidak bisa lagi dikembangkan karena jumlah santri yang mencapai ribuan.
Solusi: Dikembangkan daya nalar, kritik dan kreativitas anak.Maksudnya dari para santri sendiri mengajarkan atau mentransfer ilmu yang mereka miliki pada junior santrinya, atau mungkin juga senior kiai atau biasanya di datangkan dari ustadz luar. Di samping itu juga antara santri dan kiai harus saling berinteraksi dalam proses pembelajaran misalkan adanya Tanya jawab
c) Sarana pendidikan di pondok
Masalah: kurang adanya sarana belajar seperti computer, perpustakaan sehingga para santri harus keluar dari pondok untuk mengerjakan tugas atau membaca buku.
Solusi: disediakannya sarana belajar yang lengkap agar hasil yang dicapai lebih baik daripda sebelumnya yang tidak memiliki sarana belajar yang lengkap.
d) Aktivitas kesantrian
Masalah: aktivitas santri dulu monoton hanya mengaji, sholat, tadarus membaca kitab sehingga wawasan santri tidak begitu luas
Solusi: untuk memperluas wawasan santri maka selain sholat, mengajai dan lain sebgaainya maka diperlukannya aktivitas yang lebih banyak misalkan meneliti sesuatu yang ada di lingkungannya, berolah raga dan seni, berorganisasi dan lain sebagainya. Agar santri dapat berkompetisi dengan masyarakat setelah keluar pondok.
2. Solusi dalam mengatasi berbagai persoalan yang muncul dalam manajeman kelembagaan pendidikan islam
a. Manajemen kurikulum
Solusi: perlu ada perimbangan [balancing] antara disiplin atau kajian-kajian agama dengan pengembangan intelektualitas dalam program kurikulum pendidikan. Sistem pendidikan Islam harus menganut integrated curriculum, artinya perpaduan, koordinasi, harmonis, dan kebulatan materi-materi pendidikan dengan ajaran Islam, dan bukan separated subject curriculum maunpun correlated curriculum. Maka dengan konsep integrated curriculum, proses pendidikan akan memberikan penyeimbangan antara kajian-kajian agama dengan kajian lain [non-agama] dalam pendidikan Islam yang merupakan suatu keharusan, apabila menginginkan pendidikan Islam kembali survive di tengah perubahan masyarakat.
b. Manajeman guru
1. Guru diikutkan dalam pelatihan-pelatihan
2. Guru jangan diberi beban tugas selan mengajar dan mendidik
3. Mengadakan pelatihan atau diklat untuk meningkatkan kompetensi guru
4. Mengadakan pelatihan metode pembelajaran
c. Manajemen kesiswaan
1. Mengubah peran siswa dari objek pembelajaran menjadi subjek pembelajaran
2. Tujuan pembelajaran darahkan untuk mengembangkan seluruh aspek baik koniitf, afektif dan psikomotorik
3. Adakan kelompok belajar antara anak pandai dan kurang pandai agar ia bisa belajar dari temannya
4. Adakan identifikasi bakat anak agar potensi yang dimiliki dapat dikembangkai
5. Membukukan dengan baik keadaan siswa
6. Pengadaan buku pribadi siswa
7. Mengadakan variasi evaluasi pembelajaran
8. Mengadakan bimbingan yang baik bagi siswa
d. Manajemen personal
1. Memilih kepala sekolah yang cakap dan berkompeten
2. Mencari guru yang benar-benar menguasai materi dan metode atau melakukan pelatihan dan studi lanjut
3. Memperjelas hak dan kewajiban semua elemen dalam lembaga.
e. Manajemen keuangan
1. Mencari sumber dana lain dan tidak terlalu bergantung pada pemerintah
2. Memperaiki administrasi
3. Melakukan pembukuan terhadap keuangan pesantren salaf
4. Yayasan berusaha mengembangkan sumber pendanaan
5. Memperjelas dan tidak mencampur adukkan manajemen keuangan bagi yayasan yang mempunyai banyak lembaga pendidikan
f. Manajemen kelas
1. Menyusun perencanaan kelas yang baik
2. Mengtur tempat duduk maupun pengurus kelas sesuai kapasitas dan kemampuan anak
3. Memaksimalkan kontrol terhadap kinerja guru dikelas maupun aktivitas yang terjadi di dalam kelas
4. Melatih kepemimpinan guru
5. Menertibkan peraturan dan memberi sanksi yang tegas bagi pelanggar peraturan
g. Manajemen sarana dan prasarana
1. Pemerintah atau yayasan menyediakan sarana dan prasarana secara merata
2. Melengkapi sarana dan prasarana sekolah
3. Memperbaiki atau mengganti sarana yang sudah rusak
4. Melakukan perawatan dengan baik dan berkesinambungan
5. Meningkatkan biaya perawatan sarana dan prasarana
6. Memanajemen penggunaan sarana sesuai aturan dan kebutuhan
h. Manajemen humas
Menjalin hubungan yang erat, strategis antara lembaga pendidikan dan masyarakat
BAB III
KESIMPULAN
Bahwasanya permasalahannya yang muncul dalam kelembagaan manajemen lembaga pendidikan islam mencakup berbagai aspek yaitu:
a. Manajemen kurikulum
b. Manajemen guru
c. Manajemen kesiswaan
d. Manajemen kelas
e. Manajemen personalia
f. Manajemen sarana dan prasarana
g. Manajemen humas
h. Manajemen keuangan
Dimana beberapa aspek ini timbul berbagai masalah yang telah kami sebutkan diatas dan dampaknya cukup signifikan menghambat keberhasilan pembelajaran kemajuan dan perkembangan lembaga pendidikan islam, maka dari itu dibutuhkan solusi yang real dan tepat untuk mengatasi masalah-masalah tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Sindemeysin. 2009. Manajemen Kesiswaan. Tersedia online http://sindemeysin.blogspot.com/2009/05/masalah-di-manajemen-kesiswaan.html, diakses tanggal 18 Mei 2011.
http://etd.eprints.ums.ac.id/4822/1/G000050006.pdf, diakses tanggal 19 Mei 2011
http://www.lkas.org/pendidikan/detail/26/manajemen_kelas_dalam_lembaga_pendidikan_islam.html, diakses tanggal 19 mei 2011
http://cintapendidikan-siron.blogspot.com/2010/10/fungsi-fungsi-manajemen-sekolah.html (diakses tanggal 13 mei 2011)
Abdul Aziz, Kompas, 18 Maret 2004
http://apiel.xtgem.com/files/2.%20Download%20pelaksanaan%20_1.htm, diakses tanggal 19 Mei 2011

0 komentar:

Posting Komentar